Berikut merupakan kesan dan pesan
kami, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Ciseeng (Bagian 2):
Muhammad Wahyu Syahputra
Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan
sebuah pengalaman bernilai yang tidak semua Mahasiswa dapat merasakannya. Saya
mengapresiasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
masih Istiqomah dalam menjalankan salah satu Tri Dharma Perguruan
Tinggi yaitu Pengabdian kepada Masyarakat melalui program KKN. Saya meyakini
bahwa keistiqomahan tersebut didasari oleh rasa cinta UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang menginginkan peserta didiknya kelak menjadi warga masyarakat yang
egaliter, tawadhu dan mengutamakan kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi.
Pada kesempatan KKN tahun 2014 ini
saya tergabung dalam kelompok KKN SEPAKAT (Serikat Pengabdi Masyarakat).
Kelompok KKN kami terdiri dari 16 orang anggota, yang terdiri dari 7 orang
laki-laki dan 9 orang perempuan serta dari 6 Fakultas yang berbeda yaitu
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Fakultas
Syariah dan Hukum, Fakultas Sains dan Teknologi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
serta Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Kelompok KKN kami diketuai oleh
Ardiansyah dari Fakultas Dakwah dan Komunikasi dan Faisal Fauzi sebagai wakil
ketua dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Saya sendiri diamanahi sebagai
Koordinator divisi Humas pada kegiata KKN kali ini bersama dengan saudari
Annisa Iqlima Prativi dan Almira Rahmawati.
Sebagaimana kelompok KKN yang lain
kami pun melakukan survei ke Desa Ciseeng sebelum kegiatan KKN dilaksanakan,
tujuannya tidak lain adalah untuk menemukan permasalahan yang dihadapi oleh
Desa Ciseeng. Hasil dari beberapa survei yang kami lakukan menemukan bahwa
sampah merupakan masalah utama di Desa ini, Desa Ciseeng tidak memiliki sistem
pengangkutan sampah yang terpadu sehingga masyarakat harus membakar sampah di
lingkungan pemukiman mereka. Hal tersebut tentu saja menimbulkan dampak
kesehatan dan ekologis yang negatif, yaitu polusi udara yang dtimbulkan oleh
pembakaran sampah tersebut dapat mencemari udara di Desa Ciseeng, selain itu
tumpukan sampah yang dikumpulkan untuk kemudian di bakar di beberapa lokasi di
Desa Ciseeng menyebabkan Desa Ciseeng menjadi terlihat agak kumuh dan
mengundang berbagai macam penyakit. Problematika kesehatan dan ekologis yang
juga dihadapi oleh Desa Ciseeng adalah demam berdarah, hal tersebut dipaparkan
oleh sekretaris Desa Ciseeng yaitu Bapak Ujang saat acara pembukaan KKN di Desa
Ciseeng. Permasalahan demam berdarah di Desa Ciseeng juga turut disebabkan oleh
banyaknya “Koya” atau tempat pengembangbiakkan Ikan yang dibiarkan kosong tanpa
Ikan oleh pemiliknya, hal tersebut tak ayal semakin memudahkan jentik nyamuk
untuk menjadi dewasa karena tiadanya predator yang memangsanya.
Setelah mengetahui permasalahan
utama di Desa Ciseeng kamipun menjadikan permasalahan sampah dan kesehatan
sebagai fokus utama kami di Desa Ciseeng selain berbagai program kerja yang
lain. Sempat terencana oleh kelompok kami untuk membuat cerobong asap sebagai
tempat pembakaran sampah warga agar pembakaran sampah dapat dilakukan secara
terpusat, akan tetapi rencana kami terkendala oleh ketiadaan lahan milik Desa
yang bisa dijadikan sebagai lokasi cerobong asap. Kamipun memutar otak dengan
keterbatasan tersebut, yakni dengan menyedikan tempat sampah organik dan
anorganik di berbagai titik strategis di Desa Ciseeng. Hal tersebut juga
dibarengi dengan edukasi warga tentang pemisahan sampah organik dan anorganik,
selain itu kami juga meminta bantuan pengepul dan pemulung setempat untuk
mengangkut sampah non organik dari tempat sampah yang telah kami sediakan,
sedangkan sampah organik dapat berguna menjadi kompos dengan didiamkan di tempat
sampah tersebut atau dapat juga di bakar.
Permasalahan kedua di
Desa Ciseeng adalah tentang kesehatan, dimana kasus Demam Berdarah ketika kami
melaksanakan tugas KKN terbilang cukup tinggi bahkan istri dari Bapak Kepala
Desa juga menjadi salah satu warga yang terkena demam berdarah. Kamipun
melakukan kerjasama dengan pihak Puskesmas Kecamatan Ciseeng untuk mengedukasi
warga tentang penntingnya menjaga kebersihan rumah sebagai tindakan pencegahan
demam berdarah, selain itu kami juga melakukan kegiatan pengkabutan (Fogging)
dengan bekerja dengan TNI AD Kompi NUBIKA (Nuklir, Biologi dan Kimia) yang juga
disambut antusias oleh warga Desa Ciseeng khususnya warga Dusun Malang Nengah.
Kami berpesan kepada warga Desa
Ciseeng untuk merawat dan menggunakan tempat sampah yang kami sediakan sebaik
mungkin dan turut ikut mendaur ulang sampah sesuai dengan yang telah kami
contohkan Kami juga berpesan kepada para warga Desa Ciseeng untuk senantiasa
menjaga kebersihan lingkungannya demi menghindari penyakit demam berdarah yang
tidak diinginkan.
Jujur saya akui bahwa rasa malas dan
berat hati selalu menjadi momok yang saya rasakan sebelum kegiatan KKN
dilangsungkan. Selama semester 6, dimana selain harus menjalani kegiatan
perkuliahan dan organisasi yang semakin padat saya juga harus berjibaku dengan
berbagai kegiatan pra KKN seperti rapat, perencanaan program kerja, iuran wajib
anggota dan pencarian sponsor. Bagi saya satu bulan menjalankan KKN
bagaikan bekerja di sebuah laboratorium kehidupan. Berkenalan dengan orang baru,
mengenali sifat dan karakter teman, mempersuasi warga, mengelola hubungan,
melakukan manajamen konflik, belajar keterampilan baru dan belajar untuk ikhlas
dalam bekerja. Satu bulan di Laboratorium kehidupan memberikan manfaat yang
luar biasa besar terhadap kehidupan saya. Dari mulai pendewasaan diri, bekerja
dengan keras, cerdas dan ikhlas serta belajar untuk menghargai orang lain.
Kedepannya saya berharap pembinaan mahasiswa pra KKN dapat dilakukan UIN Syarif
Hidyatullah Jakarta dengan lebih terstruktur, koordinatif dan intensif disertai
dengan pengurangan beban akademis kepada para mahasiswa yang memiliki misi yang
mulia untuk mengabdi kepada Masyarakat.
Mochamad Fariz Awali
KKN Sepakat merupakan kelompok KKN
yang bertugas di desa Ciseeng. Kelompok kami beranggotakan 16 orang dari 6
fakultas yang berbeda yaitu, fakultas Ekonomi dan Bisnis, Sains dan
Teknologi, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Syariah Hukum, Ushulludin, dan Dakwah.
Kelompok KKN Sepakat di ketuai oleh Ardiansyah dan Faisal Fauzi sebagai wakilnya.
Saya sendiri menjabat sebagai bendahara bersama dengan rekan saya Wanda.
KKN ini merupakan pengalaman pertama
bagi kami semua, hidup bermasyarakat dan berbaur dengan sekitar sehingga dapat
membentu desa tersebut untuk menjadi lebih maju bukanlah merupakan hal yang
gampang. Tantangan tersulit yang dihadapi dalam kelompok ini adalah menyatukan
16 orang kepala menjadi satu karena setiap orang mempunyai kepercayaan dan
kebiasaan yang berbeda, sehingga tak jarang terjadi konflik antar anggota.
Tetapi konflik tersebut tidaklah menjadi halangan kami untuk tetap mengabdi di
desa Ciseeng.
Selama masa KKN di desa Ciseeng saya
pribadi mengalami banyak kesulitan dan kesenangan yang cukup berarti dalam
kelompok ini. Kesulitan yang cukup berarti itu dari sisi anggaran, terutama
anggaran kebutuhan hidup selama di Ciseeng. Karena harga pasar disana cukup
membuat saya kewalahan dalam menentukan biaya untuk konsumsi anggota yang lain
per harinya serta adanya biaya-biaya tidak terduga yang cukup membuat saya
pusing untuk memanage pengeluarannya.
Sedangkan kesenangan yang cukup
berarti itu dari sisi program kerja yang kami lakukan selama di desa Ciseeng.
Program kerja utama dari kelompok KKN kami adalah penanggulangan sampah yang
merupakan awal mula terbentuknya program kerja pemfoggingan. Program kerja
penanggulangan sampah dilakukan karena saat kami melakukan survei terdapat
banyak timbunan sampah disetiap rumah warga atau pun ditanah kosong dan mereka
membakar timbunan sampah tersebut setiap hari. Hal ini membuat rumah di desa
Ciseeng terlihat kumuh, dan hal ini juga yang menyebabkan warga di desa Ciseeng
menjadi korban penyakit DBD setiap bulannya. Karena banyak warga yang terkena
penyakit DBD, kades meminta kepada kami untuk melakukan pemfoggingan.
Untuk program kerja saya sendiri
yaitu penyumbangan buku dan bola ke dua sekolah yang terdapat di desa Ciseeng.
Sekolah tersebut adalah SDN Cibogo 02 dan SDN Ciseeng 01. Saya menyumbangkan
buku dan bola dalam dua hari. Dalam penyumbangan ini saya melibatkan beberapa
teman saya yaitu, Faisal Fauzi, Muhammad Wahyu Syahputra, Chandra Raenaldi, dan
Almira Rahmawati.
Selain melakukan kegiatan
perbendaharaan dan program kerja yang saya pimpin, saya juga terlibat dalam
kegiatan lain atau pun program kerja yang dipimpin oleh teman-teman saya yang
lain seperti penanggulangan sampah, kerja bakti, pemfoggingan, mengajar les,
lomba 17 Agustus, penyumbangan al-qur’an, penyumbangan karpet masjid, pembuatan
fasilitas sekolah, dan nonton bareng.
Di desa Ciseeng terdapat kelompok
remaja masjid malang nengah yang sering mengadakan pengajian pada malam rabu
yang diberi nama PERMATA, merekalah orang-orang yang sangat berjasa kepada
kami. Karena hampir semua program kerja yang kami punya dibantu oleh ketua umum
atau pun anggota dari PERMATA.
Hal ini berbanding terbalik dengan
aparat desa Ciseeng, kurangnya koordinasi dan ketidaksiapan mereka dengan
kedatangan kami membuat beberapa program kerja kami yang
membutuhkan audience di awal minggu menjadi agak tidak efektif.
Melihat hal itu pihak PERMATA pun berinisiatif untuk membantu kami
dalam hal mensosialisasikan program kerja kami kepada masyarakat. Masyarakat
yang mengetahui kedatangan kami pun menjadi antusias dengan program-program
kerja yang akan kami laksanakan di sana.
Kendala yang kami alami selama KKN
lebih sering karena kurangnya koordinasi antara kami dengan aparat desa dalam
mensosialisasikan kepada masyarakat mengenai program kerja yang akan kami
lakukan di sana. Kendala lainnya adalah sulitnya mengubah pandangan masyarakat
terhadap kebiasaan mereka yang membakar sampah, padahal kami sudah melakukan
penyuluhan mengenai bahayanya pembakaran tersebut terhadap bumi. Dan kami pun
juga melakukan pelatihan kepada ibu-ibu PKK di dusun Malang Nengah mengenai
daur ulang sampah, sehingga mereka menjadi tahu bahwa sampah yang mereka bakar
sehari-harinya dapat dijadikan suatu benda yang nantinya akan menghasilkan uang
untuk mereka sendiri.
Harapan saya dari kedatangan kami
untuk mengabdikan diri di desa Ciseeng paling tidak dapat merubah pandangan
mereka yang awalnya cuek terhadap sampah menjadi sedikit lebih peduli demi
kebaikan keluarga mereka dan demi bumi yang mereka tinggali. Karena jelas
pembakaran sampah akan menambahkan polusi udara setiap harinya dan berakibat
pada global warming. Dengan adanya pelatihan-pelatihan yang diberikan oleh KKN
kami semoga dapat disalurkan terus-menerus sehingga sedikit banyak dapat
membantu mengurangi sampah dan menjadikan sampah tersebut sebagai uang tambahan
bagi masyarakat desa disana. Dan juga untuk alat kerja bakti yang kami
sumbangkan dapat dipakai untuk program kerja bakti yang telah kami bangkitkan
selama masa KKN untuk seterusnya.
Nadia
Rahmadia Hardi
KKN merupakan hal yang sudah biasa
didengar oleh mahasiswa yang sedang menempuh tahun ketiga perkuliahan, tetapi
menjadi hal yang asing pula, karena baru pertama kali melakukannya, KKN adalah
hal yang sedikit-banyak membuat khawatir mahasiswa, karena kami ditantang untuk
mengabdikan diri selama sebulan lamanya di kawasan yang sebelumnya belum kami
tinggali, dengan berbagai macam karakteristik yang harus kami mengerti dan
pahami selama satu bulan lamanya, bertemu dengan wajah-wajah baru dan
karakteristik setiap orang yang berbeda.
Sudah beberapa kali saya mencari
teman KKN yang cocok, dan akhirnya KKN Sepakat 2014 adalah jawabannya, awalnya
saya yang dari fakultas FISIP sangat canggung dengan teman-teman lainnya,
karena saya sangat jarang datang ke kampus 1 dimana mereka berada, tetapi
setelah beberapa kali mengadakan rapat mingguan, saya sudah merasa akrab dengan
mereka, dengan berlatarbelakang jurusan dan fakultas yang berbeda, kami mencoba
untuk menyatukan visi dan misi kelompok KKN ini.
KKN Sepakat (Serikat Pengabdi
Masyarakat) terdiri dari 16 orang anggota, yang terdiri dari 7 orang laki-laki
dan 9 orang perempuan serta dari 6 Fakultas yang berbeda yaitu Fakultas Dakwah
dan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Fakultas Syariah dan
Hukum, Fakultas Sains dan Teknologi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis serta Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Kelompok KKN Sepakat 2014 beranggotakan
Ardiansyah, Faisal Fauzi, Chandra Raenaldi, Muhammad Wahyu, Aufar
Perantauan, Qaira Chaniago, Muhammad Fariz, Ilfi Auliani, Wandayani Nurfadilah,
Anissa Rabani, Anissa Khalida, Ati Puspita, Ade Irma, Annisa Iqlima Prativi,
Almira Rahmawati, dan saya sendiri.
Tempat KKN yang kami dapatkan adalah
Desa Ciseeng, letaknya tidak terlalu jauh dari kampus UIN Jakarta, tetapi medan
yang dilalui untuk mencapai desa tersebut cukup berat, yang menjadikan
perjalanan kami kesana terasa sangat lama, tetapi dengan inilah kami mulai
membangun rasa kebersamaan satu sama lain, Ciseeng bisa dibilang bukan desa
yang tertinggal, tapi belum cocok juga untuk disebut desa maju, desa ini masih
berkembang dan masih memerlukan beberapa perbaikan, baik di sistem maupun
lingkungan.
Setelah beberapa kali melakukan
survei, kami mulai membuat program yang akan kami lakukan disana, saat inilah
yang menurut saya sangat penting untuk kelanjutan rencana KKN kelompok KKN
Sepakat, moment ini juga menjadi hal yang sangat saya ingat, karena di moment
ini kami bisa mencurahkan ide-ide yang baik bagi desa Ciseeng, banyak usul dan
ide yang diterima dan akhirnya dilaksanakan, tetapi ada pula yang gagal
dilaksanakan karena beberapa kendala.
Pada saat kami sampai di desa
Ciseeng, hal pertama yang saya lihat adalah tempat dimana kami akan tinggal
selama satu bulan kedepan, yang ternyata tidak seburuk yang saya bayangkan,
dirumah tersebut kami berisi 3 orang, selama disana banyak hal yang terjadi,
sedikit demi sedikit saya mengenali bagaimana karakter masing-masing teman KKN
saya, di tempat ini pula saya belajar untuk melakukan hal-hal yang sangat
jarang saya lakukan sebelumnya, seperti memasak, pergi kepasar, menjuci baju,
mensetrika, dan hal-hal lainnya, tetapi teman-teman perempuan sangat baik
dengan membantu dan membimbing saya, sehingga saya sedikit demi sedikit dapat
mengerti dan mengaplikasikannya langsung nanti dirumah.
Setelah itu kami mulai melakukan
komunikasi dengan berbagai perangkat desa, awalnya kami sangat kebingungan
untuk mencari informasi dimana rumah pak RT dan RW setempat, berbekal dengan
nomor telepon dan informasi dari warga yang kami tanyakan, akhirnya kami
berhasil menemukannya, hal ini membuat saya tersadar, betapa rukun dan baiknya
warga desa Ciseeng, karena mereka mau mengantarkan saya ketempat yang dituju
dengan tanpa pamrih sedikitpun.
Setelah dua minggu disana, beberapa
masyarakat sudah mau menyampaikan keluh kesahnya kepada kami, hal ini membuat
saya takjub dengan besarnya rasa kekeluargaan di desa Ciseng, berangkat dari
keluh kesah warga, kami membuat program fogging bagi dusun Malangnengah, karena
menurut informasi warga, di Dusun ini sudah ada 3 orang dalam sebulan yang
terjangkit demam berdarah, warga juga ikut membantu jalannya program foging
ini, sebenarnya saya sangat berharap adanya keikutsertaan dari pihak desa dalam
program ini, tetapi tidak banyak hal yang dilakukan desa terhadap program kami
ini.
Kesan saya selama mengikuti program
kerja KKN bersama teman-teman SEPAKAT adalah saya mendapatkan wawasan baru dari
masing-masing fakultas yang dinaungi oleh teman-teman kelompok KKN saya, yaitu
KKN SEPAKAT 2014, meskipun tidak banyak, tetapi ilmu yang saya dapatkan
dari masing-masing teman KKNs sangatlah berguna untuk kehidupan saya dimasa
yang akan datang.
Dengan adanya program KKN ini, saya
diajarkan untuk mampu bertanggung jawab atas segala yang saya kerjakan,
melakukan kerja tim dengan baik, bersosialisasi dengan lingkungan yang baru,
serta bagaimana saya bisa mengabdikan diri agar dapat benar-benar berguna bagi
lingkungan desa Ciseeng dimana saya melakukan KKN, karena saya tidak akan
selalu bekerja sendiri, ada saatnya dimana saya harus bertemu dengan berbagai
macam kondisi dan karakteristik individu, dan bekerja bersama mereka.
Saya juga belajar mengenai berbagai
macam hal-hal baru yang diajarkan oleh masyarakat di Desa Ciseeng, saya
sangat senang telah mendapatkan teman-teman KKN yang baik dan cukup solid,
meskipun masih terdapat perbedaan pendapat pada beberapa isu, tetapi di
penghujung waktu KKN, kelompok KKN SEPAKAT telah membuktikan keberhasilan
program kerja yang membuat saya bangga atas kelompok KKN ini.
Qaira
Kegiatan KKN yang hanya berlangsung
satu bulan ini memberikan kesan yang mendalam bagi mahasiswa maupun masyarakat.
Tak terkecuali Bapak kepala desa Ciseeng. “Kalian sudah saya anggap
seperti anak sendiri,” ujar beliau di saat mahasiswa KKN berkunjung ke
rumahnya sebelum kembali ke kampus. Di acara penutupan KKN pun beliau pernah
berkata, “Sebenarnya sulit bagi saya melepas kalian. Saya ingin kalian
tinggal di sini lebih lama lagi.” Hal senada juga diucapkan oleh para kiai
dan tokoh masyarakat di desa tersebut. Mereka menilai mahasiswa KKN oleh UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta sangat berbeda dengan mahasiswa KKN kampus lainnya
terutama pada proker daur ulang Sampah. Adapun pesan yang ingin saya
sampaikan pada seluruh warga desa Ciseeng, besar harapan saya untuk setiap
warga desa membangun kembali semangat bergotong-royong menjaga kebersihan lingkungan
hidup. Budayakanlah hidup bersih demi mencegah timbulnya penyakit disebabkan
pencemaran lingkungan. Banyaknya warga yang terjangkit penyakit DBD mungkin itu
salah satunya. Juga khususnya kepada pemuda/i desa untuk ikut turut serta dalam
kegiatan desa. Pemuda/i cenderung apriori terhadap kegiatan desa yang
diselenggarakan oleh ketua RT dan RW setempat. Kepada tokoh pemuda dihimbau
untuk menggerakkan rekan-rekannya agar proses pembangunan desa menjadi lancar
dan tertib.
Di desa Ciseeng, masalah utama yang
kami hadapi yaitu masalah sampah dan kesehatan masyarakat. Kami telah berupaya
menanggulanginya dengan pengadaan tempat sampah, kerja bakti mingguan,
pelaksanaan fogging, dan penyuluhan anti narkoba. Namun, semua yang kami
lakukan menjadi kurang maksimal karena warga masih kurang peduli dengan
kebersihan lingkungannya.Permasalahannya yaitu sulitnya mengubah pandangan
masyarakat untuk merubah kebiasaan buruk mereka mengenai sampah rumah tangga
agar kehidupan mereka bisa lebih baik lagi.Saya menyadari bahwa sumbangsih yang
telah kami upayakan bersama tidak serta merta membawa banyak perubahan bagi
desa abdian. Pasalnya, untuk membangun, mendayagunakan seluruh tatanan
lingkungan dan potensi masyarakat diperlukan pengabdian yang berkelanjutan.
Menjadi tugas peserta KKN angkatan selanjutnya sebagai estafet dalam mengemban
tanggung jawab sosialnya dalam masyarakat. Saya sangat bahagia bisa
bersilaturahmi dalam ukhuwah islamiyah, berbagi dalam pengetahuan, dan menjadi
mitra desa untuk senantiasa memecahkan masalah serius yang dihadapi warga desa.
Alahkah bahagia tak terkira di sisa umur saya, saya bisa memberikan manfaat
untuk orang banyak.
Dibalik kelemahan tersebut, terdapat
kelebihan yang dimiliki oleh warga desa Ciseeng. Jiwa nasionalisme yang tinggi
dan saling tolong menolong antar sesama tercermin ketika mempersiapkan acara
HUT Kemerdekaan RI, 17 Agustus. Pemuda bersemangat dalam mencari dana tambahan
untuk acara. Bapak-bapak dan ibu-ibu mempersiapkan peralatan dan perlengkapan
perlombaan. Anak-anak berpartisipasi aktif dalam perlombaan tanpa melakukan
kecurangan.
Kami sebagai mahasiswa KKN yang
punya rasa kepedulian yang tinggi dalam masalah kebersihan berinisiatif membuat
tempat sampah yang nantinya akan di bagi menjadi 2 jenis, yaitu sampah organik
dan non organik. Kami membedakan warna tong dengan warna kuning dan biru.
Kuning untuk sampah organik dan biru untuk sampah non organik.
Masalah sampah telah menemukan
solusinya, kemudian kami mendapat informasi pada waktu acara pembukaan kkn di
dusun malang nengah. Bahwa, dusun malang nengah yang menjadi tempat kami mengabdi
selama satu bulan, adalah langganan korban demam berdarah. Karena lingkungan
yang kotor dan jarang di lakukan kerja bakti bersama oleh karenanya nyamuk
aedes aegypti banyak bersarang di rumah-rumah yang kotor dan banyak genangan
airnya. Dari kasus tersebut pak Dr.Alfitra, S.H, M.Hum selaku dosen pembimbing
kkn kami mengusulkan untuk mengadakan fogging, demi mengurangi angka korban
demam berdarah.
Lalu, kami mengadakan semacam les
tambahan bagi anak-anak kelas 4-6 sd. Banyak dari mereka yang merasa senang dan
terbantu dalam program mengajar ini. Ibu-ibu setempat pun sangat mendukung
adanya program ini karena anak mereka bisa mendapatkan ilmu tambahan yang insya
Allah bermanfaat. Saya dan para anggota kkn sepakat sangat senang mengajari
ilmu yang kita dapat kepada adik-adik disana, walaupun kita mengajar dengan
segala keterbatasan ilmu yang ada.
Bahkan sebagian masyarakat seperti
anak-anak TPA PAUD yang sering main ke balai desa, baik untuk mengikuti bimbel
atau selainnya, menangis di saat mahasiswa hendak pergi kembali ke kampus.
Begitu juga Pemuda-Pemuda di dusun Malang Tengah yang aktif menghadiri
pengajian di hari Rabu. Mereka berharap desa Ciseeng menjadi tempat yang
diprioritaskan menampung mahasiswa KKN dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di
kemudian hari.
Semoga kegiatan KKN ke depannya
lebih baik lagi dan mampu menuai dakwah di masyarakat Ciseeng khususnya. Amin.
Wandayani
Nurfadilah
Pada awalnya saya menduga bahwa
kuliah kerja nyata (KKN) diperuntukan untuk mahasiswa dengan jurusan yang
berhubungan langsung dengan masyarakat seperti kedokteran, kesmas, psikologi,
keguruan, hukum, agribisnis dan sebagainya. Setelah mendapat informasi bahwa
FEB angkatan 2011 diputuskan untuk melaksanakan KKN, saya kurang mengapresiasi
karena menurut saya tidak tepat rasanya jurusan akuntansi diaplikasikan di desa
karena melihat keadaannya yang serba terbatas. Akan tetapi pandangan tersebut
berubah seiring intensnya perbincangan di kelas dengan ketua jurusan mengenai
kegiatan KKN ini. KKN diperlukan untuk menambah pengalaman mahasiswa dalam
menghadapi kompleksnya kehidupan bermasyarakat dari permasalahan terkecil, dari
sudut pandang itulah saya mulai mengerti untuk apa KKN tersebut
dilaksanakan. Kami dipersatukan dalam kelompok KKN bernomor
urut 42. Kuliah kerja nyata ini adalah pengalaman baru bagi saya dan
teman-teman seperjuangan. Setelah melakukan survei dan menganalisis apa yang
dibutuhkan di lokasi KKN tersebut, kami merancang program kerja sedemikian rupa
untuk memajukan desa tersebut. Dalam beberapa kali survei kami tidak sekalipun
bertemu dengan kades Ciseeng. Menurut pegawai setempat beliau sedang ada urusan
lain. Ketika pembukaan pun, sekdes yang mewakili beliau.
Tiga puluh dua hari telah kami lalui
dengan mengabdikan diri untuk desa Ciseeng khususnya dusun Malang Nengah.
Tantangan tersulit bagi kami adalah untuk menyatukan 16 kepala anggota KKN
hingga terbentuknya kedekatan emosional yang syukur alhamdulillah telah kami
miliki sekarang. Selama menjalani KKN kami terkejut dengan sambutan anak-anak
yang begitu hangat, mereka sangat senang dengan kedatangan kami. Berbanding
terbalik dengan aparat desa, kurangnya koordinasi dan ketidaksiapan mereka untuk
menerima kedatangan mahasiswa KKN sangat kami rasakan ketika itu. Selama
kegiatan berlangsung sedikit banyak kami menerima bantuan dari PERMATA, yakni
salah satu organisasi remaja masjid di desa tersebut. Kami berterima kasih atas
segala kebaikan hati mereka.
Masyarakat di
sana begitu ramah, mereka tak segan memberikan bantuan dan informasi yang kami
butuhkan. Pak RW Sabar juga sering membuka forum untuk menyelesaikan
masalah-masalah yang dihadapi. Kami bukan hanya berusaha untuk menyatukan visi
dan saling mengenal lebih dekat satu dengan yang lainnya akan tetapi kami juga
mengemban tugas untuk mengenal karakter masyarakat di sekitar karena hal
tersebut sangat penting untuk kelancaran terlaksananya program kerja yang telah
kami susun. Kedekatan dengan masyarakat dibangun untuk mengetahui apa masalah
yang sebenarnya terjadi di lingkungan mereka agar kami bisa turut membantu
memajukan desa melalui KKN. Akan tetapi masih banyak kelemahan yang ada di desa
tersebut sehingga waktu selama 32 hari tersebut dirasa belum cukup untuk kami
mengabdikan diri.
Di sisi lain
dosen pembimbing selalu berusaha meluangkan waktu untuk mengontrol dan membantu
menyelesaikan masalah yang kami hadapi di lapangan. Beliau adalah tipe orang
yang terbuka dan mau mendengarkan. Selama beberapa kali bimbingan beliau
mengarahkan kami untuk terus melaksanakan program dengan cara terbaik. Dari
internal kelompok, evaluasi selalu kami lakukan setelah terlaksananya program
kerja, hal ini membuat kinerja kami di program selanjutnya membaik. Terlihat
dari pembagian kerja yang adil dan sesuai kompetensi membuat tugas kami terasa
lebih ringan juga menyenangkan.
Dalam
menyajikan laporan pertanggung jawaban kami merasa kurang nyaman dengan termin
yang diberikan, mengingat kami berasal dari 6 fakultas yang berbeda sehingga
dalam menyusunnya butuh waktu ekstra juga karena berbagai kendala. Sosialisasi
mengenai perbedaan bentuk laporan pun tidak merata sehingga terjadilah asimetri
informasi antara kelompok KKN yang satu dengan yang lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar