Anggota KKN Sepakat

Anggota KKN Sepakat

Kamis, 25 September 2014

Kesan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Ciseeng (Part 2)

Berikut merupakan kesan dan pesan kami, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Ciseeng (Bagian 2):


Muhammad Wahyu Syahputra

Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan sebuah pengalaman bernilai yang tidak semua Mahasiswa dapat merasakannya. Saya mengapresiasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang masih Istiqomah dalam menjalankan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu Pengabdian kepada Masyarakat melalui program KKN. Saya meyakini bahwa keistiqomahan tersebut didasari oleh rasa cinta UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang menginginkan peserta didiknya kelak menjadi warga masyarakat yang egaliter, tawadhu dan mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi.
Pada kesempatan KKN tahun 2014 ini saya tergabung dalam kelompok KKN SEPAKAT (Serikat Pengabdi Masyarakat). Kelompok KKN kami terdiri dari 16 orang anggota, yang terdiri dari 7 orang laki-laki dan 9 orang perempuan serta dari 6 Fakultas yang berbeda yaitu Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Fakultas Syariah dan Hukum, Fakultas Sains dan Teknologi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis serta Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Kelompok KKN kami diketuai oleh Ardiansyah dari Fakultas Dakwah dan Komunikasi dan Faisal Fauzi sebagai wakil ketua dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Saya sendiri diamanahi sebagai Koordinator divisi Humas pada kegiata KKN kali ini bersama dengan saudari Annisa Iqlima Prativi dan Almira Rahmawati.
Sebagaimana kelompok KKN yang lain kami pun melakukan survei ke Desa Ciseeng sebelum kegiatan KKN dilaksanakan, tujuannya tidak lain adalah untuk menemukan permasalahan yang dihadapi oleh Desa Ciseeng. Hasil dari beberapa survei yang kami lakukan menemukan bahwa sampah merupakan masalah utama di Desa ini, Desa Ciseeng tidak memiliki sistem pengangkutan sampah yang terpadu sehingga masyarakat harus membakar sampah di lingkungan pemukiman mereka. Hal tersebut tentu saja menimbulkan dampak kesehatan dan ekologis yang negatif, yaitu polusi udara yang dtimbulkan oleh pembakaran sampah tersebut dapat mencemari udara di Desa Ciseeng, selain itu tumpukan sampah yang dikumpulkan untuk kemudian di bakar di beberapa lokasi di Desa Ciseeng menyebabkan Desa Ciseeng menjadi terlihat agak kumuh dan mengundang berbagai macam penyakit. Problematika kesehatan dan ekologis yang juga dihadapi oleh Desa Ciseeng adalah demam berdarah, hal tersebut dipaparkan oleh sekretaris Desa Ciseeng yaitu Bapak Ujang saat acara pembukaan KKN di Desa Ciseeng. Permasalahan demam berdarah di Desa Ciseeng juga turut disebabkan oleh banyaknya “Koya” atau tempat pengembangbiakkan Ikan yang dibiarkan kosong tanpa Ikan oleh pemiliknya, hal tersebut tak ayal semakin memudahkan jentik nyamuk untuk menjadi dewasa karena tiadanya predator yang memangsanya.
Setelah mengetahui permasalahan utama di Desa Ciseeng kamipun menjadikan permasalahan sampah dan kesehatan sebagai fokus utama kami di Desa Ciseeng selain berbagai program kerja yang lain. Sempat terencana oleh kelompok kami untuk membuat cerobong asap sebagai tempat pembakaran sampah warga agar pembakaran sampah dapat dilakukan secara terpusat, akan tetapi rencana kami terkendala oleh ketiadaan lahan milik Desa yang bisa dijadikan sebagai lokasi cerobong asap. Kamipun memutar otak dengan keterbatasan tersebut, yakni dengan menyedikan tempat sampah organik dan anorganik di berbagai titik strategis di Desa Ciseeng. Hal tersebut juga dibarengi dengan edukasi warga tentang pemisahan sampah organik dan anorganik, selain itu kami juga meminta bantuan pengepul dan pemulung setempat untuk mengangkut sampah non organik dari tempat sampah yang telah kami sediakan, sedangkan sampah organik dapat berguna menjadi kompos dengan didiamkan di tempat sampah tersebut atau dapat juga di bakar.
  Permasalahan kedua di Desa Ciseeng adalah tentang kesehatan, dimana kasus Demam Berdarah ketika kami melaksanakan tugas KKN terbilang cukup tinggi bahkan istri dari Bapak Kepala Desa juga menjadi salah satu warga yang terkena demam berdarah. Kamipun melakukan kerjasama dengan pihak Puskesmas Kecamatan Ciseeng untuk mengedukasi warga tentang penntingnya menjaga kebersihan rumah sebagai tindakan pencegahan demam berdarah, selain itu kami juga melakukan kegiatan pengkabutan (Fogging) dengan bekerja dengan TNI AD Kompi NUBIKA (Nuklir, Biologi dan Kimia) yang juga disambut antusias oleh warga Desa Ciseeng khususnya warga Dusun Malang Nengah.
Kami berpesan kepada warga Desa Ciseeng untuk merawat dan menggunakan tempat sampah yang kami sediakan sebaik mungkin dan turut ikut mendaur ulang sampah sesuai dengan yang telah kami contohkan Kami juga berpesan kepada para warga Desa Ciseeng untuk senantiasa menjaga kebersihan lingkungannya demi menghindari penyakit demam berdarah yang tidak diinginkan.
Jujur saya akui bahwa rasa malas dan berat hati selalu menjadi momok yang saya rasakan sebelum kegiatan KKN dilangsungkan. Selama semester 6, dimana selain harus menjalani kegiatan perkuliahan dan organisasi yang semakin padat saya juga harus berjibaku dengan berbagai kegiatan pra KKN seperti rapat, perencanaan program kerja, iuran wajib anggota dan pencarian sponsor. Bagi saya satu bulan menjalankan KKN bagaikan bekerja di sebuah laboratorium kehidupan. Berkenalan dengan orang baru, mengenali sifat dan karakter teman, mempersuasi warga, mengelola hubungan, melakukan manajamen konflik, belajar keterampilan baru dan belajar untuk ikhlas dalam bekerja. Satu bulan di Laboratorium kehidupan memberikan manfaat yang luar biasa besar terhadap kehidupan saya. Dari mulai pendewasaan diri, bekerja dengan keras, cerdas dan ikhlas serta belajar untuk menghargai orang lain. Kedepannya saya berharap pembinaan mahasiswa pra KKN dapat dilakukan UIN Syarif Hidyatullah Jakarta dengan lebih terstruktur, koordinatif dan intensif disertai dengan pengurangan beban akademis kepada para mahasiswa yang memiliki misi yang mulia untuk mengabdi kepada Masyarakat.

Mochamad Fariz Awali

KKN Sepakat merupakan kelompok KKN yang bertugas di desa Ciseeng. Kelompok kami beranggotakan 16 orang dari 6 fakultas yang berbeda  yaitu, fakultas Ekonomi dan Bisnis, Sains dan Teknologi, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Syariah Hukum, Ushulludin, dan Dakwah. Kelompok KKN Sepakat di ketuai oleh Ardiansyah dan Faisal Fauzi sebagai wakilnya. Saya sendiri menjabat sebagai bendahara bersama dengan rekan saya Wanda. 
KKN ini merupakan pengalaman pertama bagi kami semua, hidup bermasyarakat dan berbaur dengan sekitar sehingga dapat membentu desa tersebut untuk menjadi lebih maju bukanlah merupakan hal yang gampang. Tantangan tersulit yang dihadapi dalam kelompok ini adalah menyatukan 16 orang kepala menjadi satu karena setiap orang mempunyai kepercayaan dan kebiasaan yang berbeda, sehingga tak jarang terjadi konflik antar anggota. Tetapi konflik tersebut tidaklah menjadi halangan kami untuk tetap mengabdi di desa Ciseeng.  
Selama masa KKN di desa Ciseeng saya pribadi mengalami banyak kesulitan dan kesenangan yang cukup berarti dalam kelompok ini. Kesulitan yang cukup berarti itu dari sisi anggaran, terutama anggaran kebutuhan hidup selama di Ciseeng. Karena harga pasar disana cukup membuat saya kewalahan dalam menentukan biaya untuk konsumsi anggota yang lain per harinya serta adanya biaya-biaya tidak terduga yang cukup membuat saya pusing untuk memanage pengeluarannya. 
Sedangkan kesenangan yang cukup berarti itu dari sisi program kerja yang kami lakukan selama di desa Ciseeng. Program kerja utama dari kelompok KKN kami adalah penanggulangan sampah yang merupakan awal mula terbentuknya program kerja pemfoggingan. Program kerja penanggulangan sampah dilakukan karena saat kami melakukan survei terdapat banyak timbunan sampah disetiap rumah warga atau pun ditanah kosong dan mereka membakar timbunan sampah tersebut setiap hari. Hal ini membuat rumah di desa Ciseeng terlihat kumuh, dan hal ini juga yang menyebabkan warga di desa Ciseeng menjadi korban penyakit DBD setiap bulannya. Karena banyak warga yang terkena penyakit DBD, kades meminta kepada kami untuk melakukan pemfoggingan. 
Untuk program kerja saya sendiri yaitu penyumbangan buku dan bola ke dua sekolah yang terdapat di desa Ciseeng. Sekolah tersebut adalah SDN Cibogo 02 dan SDN Ciseeng 01. Saya menyumbangkan buku dan bola dalam dua hari. Dalam penyumbangan ini saya melibatkan beberapa teman saya yaitu, Faisal Fauzi, Muhammad Wahyu Syahputra, Chandra Raenaldi, dan Almira Rahmawati.
Selain melakukan kegiatan perbendaharaan dan program kerja yang saya pimpin, saya juga terlibat dalam kegiatan lain atau pun program kerja yang dipimpin oleh teman-teman saya yang lain seperti penanggulangan sampah, kerja bakti, pemfoggingan, mengajar les, lomba 17 Agustus, penyumbangan al-qur’an, penyumbangan karpet masjid, pembuatan fasilitas sekolah, dan nonton bareng. 
Di desa Ciseeng terdapat kelompok remaja masjid malang nengah yang sering mengadakan pengajian pada malam rabu yang diberi nama PERMATA, merekalah orang-orang yang sangat berjasa kepada kami. Karena hampir semua program kerja yang kami punya dibantu oleh ketua umum atau pun anggota dari PERMATA. 
Hal ini berbanding terbalik dengan aparat desa Ciseeng, kurangnya koordinasi dan ketidaksiapan mereka dengan kedatangan kami membuat beberapa program kerja kami yang membutuhkan audience di awal minggu menjadi agak tidak efektif. Melihat hal itu pihak PERMATA  pun berinisiatif untuk membantu kami dalam hal mensosialisasikan program kerja kami kepada masyarakat. Masyarakat yang mengetahui kedatangan kami pun menjadi antusias dengan program-program kerja yang akan kami laksanakan di sana. 
Kendala yang kami alami selama KKN lebih sering karena kurangnya koordinasi antara kami dengan aparat desa dalam mensosialisasikan kepada masyarakat mengenai program kerja yang akan kami lakukan di sana. Kendala lainnya adalah sulitnya mengubah pandangan masyarakat terhadap kebiasaan mereka yang membakar sampah, padahal kami sudah melakukan penyuluhan mengenai bahayanya pembakaran tersebut terhadap bumi. Dan kami pun juga melakukan pelatihan kepada ibu-ibu PKK di dusun Malang Nengah mengenai daur ulang sampah, sehingga mereka menjadi tahu bahwa sampah yang mereka bakar sehari-harinya dapat dijadikan suatu benda yang nantinya akan menghasilkan uang untuk mereka sendiri. 
Harapan saya dari kedatangan kami untuk mengabdikan diri di desa Ciseeng paling tidak dapat merubah pandangan mereka yang awalnya cuek terhadap sampah menjadi sedikit lebih peduli demi kebaikan keluarga mereka dan demi bumi yang mereka tinggali. Karena jelas pembakaran sampah akan menambahkan polusi udara setiap harinya dan berakibat pada global warming. Dengan adanya pelatihan-pelatihan yang diberikan oleh KKN kami semoga dapat disalurkan terus-menerus sehingga sedikit banyak dapat membantu mengurangi sampah dan menjadikan sampah tersebut sebagai uang tambahan bagi masyarakat desa disana. Dan juga untuk alat kerja bakti yang kami sumbangkan dapat dipakai untuk program kerja bakti yang telah kami bangkitkan selama masa KKN untuk seterusnya.

Nadia Rahmadia Hardi

KKN merupakan hal yang sudah biasa didengar oleh mahasiswa yang sedang menempuh tahun ketiga perkuliahan, tetapi menjadi hal yang asing pula, karena baru pertama kali melakukannya, KKN adalah hal yang sedikit-banyak membuat khawatir mahasiswa, karena kami ditantang untuk mengabdikan diri selama sebulan lamanya di kawasan yang sebelumnya belum kami tinggali, dengan berbagai macam karakteristik yang harus kami mengerti dan pahami selama satu bulan lamanya, bertemu dengan wajah-wajah baru dan karakteristik setiap orang yang berbeda.
Sudah beberapa kali saya mencari teman KKN yang cocok, dan akhirnya KKN Sepakat 2014 adalah jawabannya, awalnya saya yang dari fakultas FISIP sangat canggung dengan teman-teman lainnya, karena saya sangat jarang datang ke kampus 1 dimana mereka berada, tetapi setelah beberapa kali mengadakan rapat mingguan, saya sudah merasa akrab dengan mereka, dengan berlatarbelakang jurusan dan fakultas yang berbeda, kami mencoba untuk menyatukan visi dan misi kelompok KKN ini.
KKN Sepakat (Serikat Pengabdi Masyarakat) terdiri dari 16 orang anggota, yang terdiri dari 7 orang laki-laki dan 9 orang perempuan serta dari 6 Fakultas yang berbeda yaitu Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Fakultas Syariah dan Hukum, Fakultas Sains dan Teknologi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis serta Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Kelompok KKN Sepakat 2014 beranggotakan Ardiansyah, Faisal Fauzi, Chandra Raenaldi,  Muhammad Wahyu, Aufar Perantauan, Qaira Chaniago, Muhammad Fariz, Ilfi Auliani, Wandayani Nurfadilah, Anissa Rabani, Anissa Khalida, Ati Puspita, Ade Irma, Annisa Iqlima Prativi, Almira Rahmawati, dan saya sendiri.
Tempat KKN yang kami dapatkan adalah Desa Ciseeng, letaknya tidak terlalu jauh dari kampus UIN Jakarta, tetapi medan yang dilalui untuk mencapai desa tersebut cukup berat, yang menjadikan perjalanan kami kesana terasa sangat lama, tetapi dengan inilah kami mulai membangun rasa kebersamaan satu sama lain, Ciseeng bisa dibilang bukan desa yang tertinggal, tapi belum cocok juga untuk disebut desa maju, desa ini masih berkembang dan masih memerlukan beberapa perbaikan, baik di sistem maupun lingkungan.
Setelah beberapa kali melakukan survei, kami mulai membuat program yang akan kami lakukan disana, saat inilah yang menurut saya sangat penting untuk kelanjutan rencana KKN kelompok KKN Sepakat, moment ini juga menjadi hal yang sangat saya ingat, karena di moment ini kami bisa mencurahkan ide-ide yang baik bagi desa Ciseeng, banyak usul dan ide yang diterima dan akhirnya dilaksanakan, tetapi ada pula yang gagal dilaksanakan karena beberapa kendala.
Pada saat kami sampai di desa Ciseeng, hal pertama yang saya lihat adalah tempat dimana kami akan tinggal selama satu bulan kedepan, yang ternyata tidak seburuk yang saya bayangkan, dirumah tersebut kami berisi 3 orang, selama disana banyak hal yang terjadi, sedikit demi sedikit saya mengenali bagaimana karakter masing-masing teman KKN saya, di tempat ini pula saya belajar untuk melakukan hal-hal yang sangat jarang saya lakukan sebelumnya, seperti memasak, pergi kepasar, menjuci baju, mensetrika, dan hal-hal lainnya, tetapi teman-teman perempuan sangat baik dengan membantu dan membimbing saya, sehingga saya sedikit demi sedikit dapat mengerti dan mengaplikasikannya langsung nanti dirumah.
Setelah itu kami mulai melakukan komunikasi dengan berbagai perangkat desa, awalnya kami sangat kebingungan untuk mencari informasi dimana rumah pak RT dan RW setempat, berbekal dengan nomor telepon dan informasi dari warga yang kami tanyakan, akhirnya kami berhasil menemukannya, hal ini membuat saya tersadar, betapa rukun dan baiknya warga desa Ciseeng, karena mereka mau mengantarkan saya ketempat yang dituju dengan tanpa pamrih sedikitpun.
Setelah dua minggu disana, beberapa masyarakat sudah mau menyampaikan keluh kesahnya kepada kami, hal ini membuat saya takjub dengan besarnya rasa kekeluargaan di desa Ciseng, berangkat dari keluh kesah warga, kami membuat program fogging bagi dusun Malangnengah, karena menurut informasi warga, di Dusun ini sudah ada 3 orang dalam sebulan yang terjangkit demam berdarah, warga juga ikut membantu jalannya program foging ini, sebenarnya saya sangat berharap adanya keikutsertaan dari pihak desa dalam program ini, tetapi tidak banyak hal yang dilakukan desa terhadap program kami ini.
Kesan saya selama mengikuti program kerja KKN bersama teman-teman SEPAKAT adalah saya mendapatkan wawasan baru dari masing-masing fakultas yang dinaungi oleh teman-teman kelompok KKN saya, yaitu KKN SEPAKAT 2014, meskipun tidak banyak, tetapi ilmu yang saya dapatkan dari masing-masing teman KKNs sangatlah berguna untuk kehidupan saya dimasa yang akan datang.
Dengan adanya program KKN ini, saya diajarkan untuk mampu bertanggung jawab atas segala yang saya kerjakan, melakukan kerja tim dengan baik, bersosialisasi dengan lingkungan yang baru, serta bagaimana saya bisa mengabdikan diri agar dapat benar-benar berguna bagi lingkungan desa Ciseeng dimana saya melakukan KKN, karena saya tidak akan selalu bekerja sendiri, ada saatnya dimana saya harus bertemu dengan berbagai macam kondisi dan karakteristik individu, dan bekerja bersama mereka.
Saya juga belajar mengenai berbagai macam hal-hal baru yang diajarkan oleh masyarakat di Desa Ciseeng, saya sangat senang telah mendapatkan teman-teman KKN yang baik dan cukup solid, meskipun masih terdapat perbedaan pendapat pada beberapa isu, tetapi di penghujung waktu KKN, kelompok KKN SEPAKAT telah membuktikan keberhasilan program kerja yang membuat saya bangga atas kelompok KKN ini.

Qaira

Kegiatan KKN yang hanya berlangsung satu bulan ini memberikan kesan yang mendalam bagi mahasiswa maupun masyarakat. Tak terkecuali Bapak kepala desa Ciseeng. “Kalian sudah saya anggap seperti anak sendiri,” ujar beliau di saat mahasiswa KKN berkunjung ke rumahnya sebelum kembali ke kampus. Di acara penutupan KKN pun beliau pernah berkata, “Sebenarnya sulit bagi saya melepas kalian. Saya ingin kalian tinggal di sini lebih lama lagi.” Hal senada juga diucapkan oleh para kiai dan tokoh masyarakat di desa tersebut. Mereka menilai mahasiswa KKN oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sangat berbeda dengan mahasiswa KKN kampus lainnya terutama pada proker daur ulang Sampah. Adapun pesan yang ingin saya sampaikan pada seluruh warga desa Ciseeng, besar harapan saya untuk setiap warga desa membangun kembali semangat bergotong-royong menjaga kebersihan lingkungan hidup. Budayakanlah hidup bersih demi mencegah timbulnya penyakit disebabkan pencemaran lingkungan. Banyaknya warga yang terjangkit penyakit DBD mungkin itu salah satunya. Juga khususnya kepada pemuda/i desa untuk ikut turut serta dalam kegiatan desa. Pemuda/i cenderung apriori terhadap kegiatan desa yang diselenggarakan oleh ketua RT dan RW setempat. Kepada tokoh pemuda dihimbau untuk menggerakkan rekan-rekannya agar proses pembangunan desa menjadi lancar dan tertib.
Di desa Ciseeng, masalah utama yang kami hadapi yaitu masalah sampah dan kesehatan masyarakat. Kami telah berupaya menanggulanginya dengan pengadaan tempat sampah, kerja bakti mingguan, pelaksanaan fogging, dan penyuluhan anti narkoba. Namun, semua yang kami lakukan menjadi kurang maksimal karena warga masih kurang peduli dengan kebersihan lingkungannya.Permasalahannya yaitu sulitnya mengubah pandangan masyarakat untuk merubah kebiasaan buruk mereka mengenai sampah rumah tangga agar kehidupan mereka bisa lebih baik lagi.Saya menyadari bahwa sumbangsih yang telah kami upayakan bersama tidak serta merta membawa banyak perubahan bagi desa abdian. Pasalnya, untuk membangun, mendayagunakan seluruh tatanan lingkungan dan potensi masyarakat diperlukan pengabdian yang berkelanjutan. Menjadi tugas peserta KKN angkatan selanjutnya sebagai estafet dalam mengemban tanggung jawab sosialnya dalam masyarakat. Saya sangat bahagia bisa bersilaturahmi dalam ukhuwah islamiyah, berbagi dalam pengetahuan, dan menjadi mitra desa untuk senantiasa memecahkan masalah serius yang dihadapi warga desa. Alahkah bahagia tak terkira di sisa umur saya, saya bisa memberikan manfaat untuk orang banyak.
Dibalik kelemahan tersebut, terdapat kelebihan yang dimiliki oleh warga desa Ciseeng. Jiwa nasionalisme yang tinggi dan saling tolong menolong antar sesama tercermin ketika mempersiapkan acara HUT Kemerdekaan RI, 17 Agustus. Pemuda bersemangat dalam mencari dana tambahan untuk acara. Bapak-bapak dan ibu-ibu mempersiapkan peralatan dan perlengkapan perlombaan. Anak-anak berpartisipasi aktif dalam perlombaan tanpa melakukan kecurangan.
Kami sebagai mahasiswa KKN yang punya rasa kepedulian yang tinggi dalam masalah kebersihan berinisiatif membuat tempat sampah yang nantinya akan di bagi menjadi 2 jenis, yaitu sampah organik dan non organik. Kami membedakan warna tong dengan warna kuning dan biru. Kuning untuk sampah organik dan biru untuk sampah non organik.
Masalah sampah telah menemukan solusinya, kemudian kami mendapat informasi pada waktu acara pembukaan kkn di dusun malang nengah. Bahwa, dusun malang nengah yang menjadi tempat kami mengabdi selama satu bulan, adalah langganan korban demam berdarah. Karena lingkungan yang kotor dan jarang di lakukan kerja bakti bersama oleh karenanya nyamuk aedes aegypti banyak bersarang di rumah-rumah yang kotor dan banyak genangan airnya. Dari kasus tersebut pak Dr.Alfitra, S.H, M.Hum selaku dosen pembimbing kkn kami mengusulkan untuk mengadakan fogging, demi mengurangi angka korban demam berdarah.
Lalu, kami mengadakan semacam les tambahan bagi anak-anak kelas 4-6 sd. Banyak dari mereka yang merasa senang dan terbantu dalam program mengajar ini. Ibu-ibu setempat pun sangat mendukung adanya program ini karena anak mereka bisa mendapatkan ilmu tambahan yang insya Allah bermanfaat. Saya dan para anggota kkn sepakat sangat senang mengajari ilmu yang kita dapat kepada adik-adik disana, walaupun kita mengajar dengan segala keterbatasan ilmu yang ada.
Bahkan sebagian masyarakat seperti anak-anak TPA PAUD yang sering main ke balai desa, baik untuk mengikuti bimbel atau selainnya, menangis di saat mahasiswa hendak pergi kembali ke kampus. Begitu juga Pemuda-Pemuda di dusun Malang Tengah yang aktif menghadiri pengajian di hari Rabu. Mereka berharap desa Ciseeng menjadi tempat yang diprioritaskan menampung mahasiswa KKN dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di kemudian hari.
Semoga kegiatan KKN ke depannya lebih baik lagi dan mampu menuai dakwah di masyarakat Ciseeng khususnya. Amin.

Wandayani Nurfadilah

Pada awalnya saya menduga bahwa kuliah kerja nyata (KKN) diperuntukan untuk mahasiswa dengan jurusan yang berhubungan langsung dengan masyarakat seperti kedokteran, kesmas, psikologi, keguruan, hukum, agribisnis dan sebagainya. Setelah mendapat informasi bahwa FEB angkatan 2011 diputuskan untuk melaksanakan KKN, saya kurang mengapresiasi karena menurut saya tidak tepat rasanya jurusan akuntansi diaplikasikan di desa karena melihat keadaannya yang serba terbatas. Akan tetapi pandangan tersebut berubah seiring intensnya perbincangan di kelas dengan ketua jurusan mengenai kegiatan KKN ini. KKN diperlukan untuk menambah pengalaman mahasiswa dalam menghadapi kompleksnya kehidupan bermasyarakat dari permasalahan terkecil, dari sudut pandang itulah saya mulai mengerti untuk apa KKN tersebut dilaksanakan.    Kami dipersatukan dalam kelompok KKN bernomor urut 42. Kuliah kerja nyata ini adalah pengalaman baru bagi saya dan teman-teman seperjuangan. Setelah melakukan survei dan menganalisis apa yang dibutuhkan di lokasi KKN tersebut, kami merancang program kerja sedemikian rupa untuk memajukan desa tersebut. Dalam beberapa kali survei kami tidak sekalipun bertemu dengan kades Ciseeng. Menurut pegawai setempat beliau sedang ada urusan lain. Ketika pembukaan pun, sekdes yang mewakili beliau.
Tiga puluh dua hari telah kami lalui dengan mengabdikan diri untuk desa Ciseeng khususnya dusun Malang Nengah. Tantangan tersulit bagi kami adalah untuk menyatukan 16 kepala anggota KKN hingga terbentuknya kedekatan emosional yang syukur alhamdulillah telah kami miliki sekarang. Selama menjalani KKN kami terkejut dengan sambutan anak-anak yang begitu hangat, mereka sangat senang dengan kedatangan kami. Berbanding terbalik dengan aparat desa, kurangnya koordinasi dan ketidaksiapan mereka untuk menerima kedatangan mahasiswa KKN sangat kami rasakan ketika itu. Selama kegiatan berlangsung sedikit banyak kami menerima bantuan dari PERMATA, yakni salah satu organisasi remaja masjid di desa tersebut. Kami berterima kasih atas segala kebaikan hati mereka.
    Masyarakat di sana begitu ramah, mereka tak segan memberikan bantuan dan informasi yang kami butuhkan. Pak RW Sabar juga sering membuka forum untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi. Kami bukan hanya berusaha untuk menyatukan visi dan saling mengenal lebih dekat satu dengan yang lainnya akan tetapi kami juga mengemban tugas untuk mengenal karakter masyarakat di sekitar karena hal tersebut sangat penting untuk kelancaran terlaksananya program kerja yang telah kami susun. Kedekatan dengan masyarakat dibangun untuk mengetahui apa masalah yang sebenarnya terjadi di lingkungan mereka agar kami bisa turut membantu memajukan desa melalui KKN. Akan tetapi masih banyak kelemahan yang ada di desa tersebut sehingga waktu selama 32 hari tersebut dirasa belum cukup untuk kami mengabdikan diri.
    Di sisi lain dosen pembimbing selalu berusaha meluangkan waktu untuk mengontrol dan membantu menyelesaikan masalah yang kami hadapi di lapangan. Beliau adalah tipe orang yang terbuka dan mau mendengarkan. Selama beberapa kali bimbingan beliau mengarahkan kami untuk terus melaksanakan program dengan cara terbaik. Dari internal kelompok, evaluasi selalu kami lakukan setelah terlaksananya program kerja, hal ini membuat kinerja kami di program selanjutnya membaik. Terlihat dari pembagian kerja yang adil dan sesuai kompetensi membuat tugas kami terasa lebih ringan juga menyenangkan.
     Dalam menyajikan laporan pertanggung jawaban kami merasa kurang nyaman dengan termin yang diberikan, mengingat kami berasal dari 6 fakultas yang berbeda sehingga dalam menyusunnya butuh waktu ekstra juga karena berbagai kendala. Sosialisasi mengenai perbedaan bentuk laporan pun tidak merata sehingga terjadilah asimetri informasi antara kelompok KKN yang satu dengan yang lainnya.
     Sebagian besar kelemahan pada KKN kali ini adalah masalah koordinasi di antara pihak yang bersangkutan bahkan sejak sebelum KKN ini berlangsung. Adapun tantangan utama bagi KKN selanjutnya adalah bagaimana cara untuk membangun komunikasi yang baik antara aparat desa dan masyarakatnya serta mengubah pandangan masyarakat untuk merubah kebiasaan buruk mereka mengenai sampah rumah tangga agar kehidupan mereka bisa lebih baik lagi..




Tidak ada komentar:

Posting Komentar