Anggota KKN Sepakat

Anggota KKN Sepakat

Selasa, 07 Oktober 2014

Profil KKN Sepakat 2014

Terjun ke masyarakat merupakan ajang yang sangat potensial bagi kami, para mahasiswa untuk mengasah kepekaan serta kepedulian terhadap situasi dan kondisi lingkungan di sekitar. Dalam pelaksanaan kegiatan ini kami  dituntut untuk beradaptasi, bergaul dan berbaur dengan masyarakat sehingga betul-betul dapat memahami situasi yang berkembang di masyarakat karena apa yang didapat oleh mahasiswa di kampus belum tentu sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat di lapangan.
Sebagai warga negara yang baik, kami mahasiswa KKN SEPAKAT diharapkan mampu memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat dalam bentuk pengembangan ilmu pengetahaun baik fisik maupun non fisik di daerah desa Ciseeng sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat setempat. Dengan sinergi dan kerja sama yang baik antar 16 mahasiswa yang melakukan pengabdian, membuat seluruh program kerja yang dilakukan dapat berjalan dengan baik dan lancar. Semoga pelayanan dan pemberdayaan yang diberikan oleh kami dapat berjalan secara berkeseinambungan dalam tahun-tahun berikutnya, sehingga dapat memberikan dampak-dampak yang lebih positif di masa yang akan datang.
Dengan slogan “Mengabdi, Berbakti, Berarti”, KKN SEPAKAT  berusaha untuk mengabdikan kemampuan kami terhadap desa Ciseeng ini, berbakti kepada warga desa Ciseeng, sehingga diharapkan nantinya kami dapat menjadi sesuatu yang berarti bagi mereka. Karena pada dasarnya pelaksanaan program KKN UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini dimaksudkan untuk terjun langsung pada masyarakat dan berinteraksi langsung terhadap lingkungan.
Buku laporan yang kami buat, yang berjudul “Satu Asa Menuju Desa Ciseeng Bersih, Hijau, Asri, & Sehat”  memiliki arti khusus yang spesifik.  Asa adalah sebuah pengharapan, selama masih ada tujuan maka masih ada jalan untuk kesana. Walau harus memasuki jurang yang terjal atau harus menaiki tebing yang tinggi jangan ada kata menyerah. Selama masih ada asa di dalam diri seorang manusia maka itu adalah salah satu bentuk alasan keberadaanya di dunia ini.
Sebuah asa menjadi sia-sia jika tidak ada usaha untuk mencapainya. Desa Ciseeng, sebuah desa di utara Kabupaten Bogor juga memiliki asa untuk menjadi desa yang bersih, hijau, dan asri (BERHIAS).  Asa tersebut diwujudkan Desa Ciseeng dengan selalu berhias diri tanpa kenal henti. Jargon “Desa Ciseeng BERHIAS” pun dikumandangkan di kantor balai desa untuk menyadarkan warganya untuk selalu menghiasi desanya agar tercapainya asa tersebut.
Kami sebagai Mahasiswa sebagai salah satu komponen pengabdi masyarakat menyadari bahwa usaha berhias untuk menggapai asa tersebut memerlukan banyak dukungan dari berbagai pihak. Kami menyadari bahwa usaha yang telah kami lakukan belum mampu untuk mewujudkan Desa Ciseeng menjadi Desa yang bersih, hijau dan asri. Tetapi kami yakin bahwa selama masih ada asa dan ada usaha untuk selalu berhias di Desa Ciseeeng, di masa yang akan datang cepat atau lambat akan terlihat hasil yang menggembirakan dari sebuah asa yang terus dipelihara dan diperjuangkan oleh warga Desa Ciseeng.
Logo KKN Sepakat 2014
Logo KKN SEPAKAT yang menggambarkan 4 tangan yang saling menggenggam merupakan implementasi dari nama kelompok KKN kami yaitu SEPAKAT. Sepakat disini adalah antara kami mahasiswa KKN dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan masyarakat di desa Ciseeng untuk bersama-sama menyatukan tujuan untuk memajukan desa Ciseeng itu sendiri. Dimana ke empat tangan tersebut menggambarkan tujuan kami yaitu mengabdi kepada masyarakat, tidak hanya mengabdi, tetapi tangan-tangan tersebut juga mencakup harapan kami agar kami dapat bersama-sama dengan masyarakat di desa Ciseeng dapat saling membantu dalam memajukan desa Ciseeng.
Warna yang dipilih untuk logo itu sendiri adalah warna tangan sesuai dengan aslinya, sedangkan untuk lingkaran yang menjadi background dari tangan itu sendiri berwarna hijau menggambarkan tujuan kami di desa tersebut yaitu mengenai penghijauan dan perbaikan lingkungan. Jadi secara keseluruhan logo kami menggambarkan harapan serta tujuan kami, yaitu bersama-sama dengan masyarakat desa dapat memperbaiki lingkungan di desa Ciseeng untuk kemajuan di desa itu sendiri.

Kamis, 25 September 2014

Kesan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Ciseeng (Part 2)

Berikut merupakan kesan dan pesan kami, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Ciseeng (Bagian 2):


Muhammad Wahyu Syahputra

Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan sebuah pengalaman bernilai yang tidak semua Mahasiswa dapat merasakannya. Saya mengapresiasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang masih Istiqomah dalam menjalankan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu Pengabdian kepada Masyarakat melalui program KKN. Saya meyakini bahwa keistiqomahan tersebut didasari oleh rasa cinta UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang menginginkan peserta didiknya kelak menjadi warga masyarakat yang egaliter, tawadhu dan mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi.
Pada kesempatan KKN tahun 2014 ini saya tergabung dalam kelompok KKN SEPAKAT (Serikat Pengabdi Masyarakat). Kelompok KKN kami terdiri dari 16 orang anggota, yang terdiri dari 7 orang laki-laki dan 9 orang perempuan serta dari 6 Fakultas yang berbeda yaitu Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Fakultas Syariah dan Hukum, Fakultas Sains dan Teknologi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis serta Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Kelompok KKN kami diketuai oleh Ardiansyah dari Fakultas Dakwah dan Komunikasi dan Faisal Fauzi sebagai wakil ketua dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Saya sendiri diamanahi sebagai Koordinator divisi Humas pada kegiata KKN kali ini bersama dengan saudari Annisa Iqlima Prativi dan Almira Rahmawati.
Sebagaimana kelompok KKN yang lain kami pun melakukan survei ke Desa Ciseeng sebelum kegiatan KKN dilaksanakan, tujuannya tidak lain adalah untuk menemukan permasalahan yang dihadapi oleh Desa Ciseeng. Hasil dari beberapa survei yang kami lakukan menemukan bahwa sampah merupakan masalah utama di Desa ini, Desa Ciseeng tidak memiliki sistem pengangkutan sampah yang terpadu sehingga masyarakat harus membakar sampah di lingkungan pemukiman mereka. Hal tersebut tentu saja menimbulkan dampak kesehatan dan ekologis yang negatif, yaitu polusi udara yang dtimbulkan oleh pembakaran sampah tersebut dapat mencemari udara di Desa Ciseeng, selain itu tumpukan sampah yang dikumpulkan untuk kemudian di bakar di beberapa lokasi di Desa Ciseeng menyebabkan Desa Ciseeng menjadi terlihat agak kumuh dan mengundang berbagai macam penyakit. Problematika kesehatan dan ekologis yang juga dihadapi oleh Desa Ciseeng adalah demam berdarah, hal tersebut dipaparkan oleh sekretaris Desa Ciseeng yaitu Bapak Ujang saat acara pembukaan KKN di Desa Ciseeng. Permasalahan demam berdarah di Desa Ciseeng juga turut disebabkan oleh banyaknya “Koya” atau tempat pengembangbiakkan Ikan yang dibiarkan kosong tanpa Ikan oleh pemiliknya, hal tersebut tak ayal semakin memudahkan jentik nyamuk untuk menjadi dewasa karena tiadanya predator yang memangsanya.
Setelah mengetahui permasalahan utama di Desa Ciseeng kamipun menjadikan permasalahan sampah dan kesehatan sebagai fokus utama kami di Desa Ciseeng selain berbagai program kerja yang lain. Sempat terencana oleh kelompok kami untuk membuat cerobong asap sebagai tempat pembakaran sampah warga agar pembakaran sampah dapat dilakukan secara terpusat, akan tetapi rencana kami terkendala oleh ketiadaan lahan milik Desa yang bisa dijadikan sebagai lokasi cerobong asap. Kamipun memutar otak dengan keterbatasan tersebut, yakni dengan menyedikan tempat sampah organik dan anorganik di berbagai titik strategis di Desa Ciseeng. Hal tersebut juga dibarengi dengan edukasi warga tentang pemisahan sampah organik dan anorganik, selain itu kami juga meminta bantuan pengepul dan pemulung setempat untuk mengangkut sampah non organik dari tempat sampah yang telah kami sediakan, sedangkan sampah organik dapat berguna menjadi kompos dengan didiamkan di tempat sampah tersebut atau dapat juga di bakar.
  Permasalahan kedua di Desa Ciseeng adalah tentang kesehatan, dimana kasus Demam Berdarah ketika kami melaksanakan tugas KKN terbilang cukup tinggi bahkan istri dari Bapak Kepala Desa juga menjadi salah satu warga yang terkena demam berdarah. Kamipun melakukan kerjasama dengan pihak Puskesmas Kecamatan Ciseeng untuk mengedukasi warga tentang penntingnya menjaga kebersihan rumah sebagai tindakan pencegahan demam berdarah, selain itu kami juga melakukan kegiatan pengkabutan (Fogging) dengan bekerja dengan TNI AD Kompi NUBIKA (Nuklir, Biologi dan Kimia) yang juga disambut antusias oleh warga Desa Ciseeng khususnya warga Dusun Malang Nengah.
Kami berpesan kepada warga Desa Ciseeng untuk merawat dan menggunakan tempat sampah yang kami sediakan sebaik mungkin dan turut ikut mendaur ulang sampah sesuai dengan yang telah kami contohkan Kami juga berpesan kepada para warga Desa Ciseeng untuk senantiasa menjaga kebersihan lingkungannya demi menghindari penyakit demam berdarah yang tidak diinginkan.
Jujur saya akui bahwa rasa malas dan berat hati selalu menjadi momok yang saya rasakan sebelum kegiatan KKN dilangsungkan. Selama semester 6, dimana selain harus menjalani kegiatan perkuliahan dan organisasi yang semakin padat saya juga harus berjibaku dengan berbagai kegiatan pra KKN seperti rapat, perencanaan program kerja, iuran wajib anggota dan pencarian sponsor. Bagi saya satu bulan menjalankan KKN bagaikan bekerja di sebuah laboratorium kehidupan. Berkenalan dengan orang baru, mengenali sifat dan karakter teman, mempersuasi warga, mengelola hubungan, melakukan manajamen konflik, belajar keterampilan baru dan belajar untuk ikhlas dalam bekerja. Satu bulan di Laboratorium kehidupan memberikan manfaat yang luar biasa besar terhadap kehidupan saya. Dari mulai pendewasaan diri, bekerja dengan keras, cerdas dan ikhlas serta belajar untuk menghargai orang lain. Kedepannya saya berharap pembinaan mahasiswa pra KKN dapat dilakukan UIN Syarif Hidyatullah Jakarta dengan lebih terstruktur, koordinatif dan intensif disertai dengan pengurangan beban akademis kepada para mahasiswa yang memiliki misi yang mulia untuk mengabdi kepada Masyarakat.

Mochamad Fariz Awali

KKN Sepakat merupakan kelompok KKN yang bertugas di desa Ciseeng. Kelompok kami beranggotakan 16 orang dari 6 fakultas yang berbeda  yaitu, fakultas Ekonomi dan Bisnis, Sains dan Teknologi, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Syariah Hukum, Ushulludin, dan Dakwah. Kelompok KKN Sepakat di ketuai oleh Ardiansyah dan Faisal Fauzi sebagai wakilnya. Saya sendiri menjabat sebagai bendahara bersama dengan rekan saya Wanda. 
KKN ini merupakan pengalaman pertama bagi kami semua, hidup bermasyarakat dan berbaur dengan sekitar sehingga dapat membentu desa tersebut untuk menjadi lebih maju bukanlah merupakan hal yang gampang. Tantangan tersulit yang dihadapi dalam kelompok ini adalah menyatukan 16 orang kepala menjadi satu karena setiap orang mempunyai kepercayaan dan kebiasaan yang berbeda, sehingga tak jarang terjadi konflik antar anggota. Tetapi konflik tersebut tidaklah menjadi halangan kami untuk tetap mengabdi di desa Ciseeng.  
Selama masa KKN di desa Ciseeng saya pribadi mengalami banyak kesulitan dan kesenangan yang cukup berarti dalam kelompok ini. Kesulitan yang cukup berarti itu dari sisi anggaran, terutama anggaran kebutuhan hidup selama di Ciseeng. Karena harga pasar disana cukup membuat saya kewalahan dalam menentukan biaya untuk konsumsi anggota yang lain per harinya serta adanya biaya-biaya tidak terduga yang cukup membuat saya pusing untuk memanage pengeluarannya. 
Sedangkan kesenangan yang cukup berarti itu dari sisi program kerja yang kami lakukan selama di desa Ciseeng. Program kerja utama dari kelompok KKN kami adalah penanggulangan sampah yang merupakan awal mula terbentuknya program kerja pemfoggingan. Program kerja penanggulangan sampah dilakukan karena saat kami melakukan survei terdapat banyak timbunan sampah disetiap rumah warga atau pun ditanah kosong dan mereka membakar timbunan sampah tersebut setiap hari. Hal ini membuat rumah di desa Ciseeng terlihat kumuh, dan hal ini juga yang menyebabkan warga di desa Ciseeng menjadi korban penyakit DBD setiap bulannya. Karena banyak warga yang terkena penyakit DBD, kades meminta kepada kami untuk melakukan pemfoggingan. 
Untuk program kerja saya sendiri yaitu penyumbangan buku dan bola ke dua sekolah yang terdapat di desa Ciseeng. Sekolah tersebut adalah SDN Cibogo 02 dan SDN Ciseeng 01. Saya menyumbangkan buku dan bola dalam dua hari. Dalam penyumbangan ini saya melibatkan beberapa teman saya yaitu, Faisal Fauzi, Muhammad Wahyu Syahputra, Chandra Raenaldi, dan Almira Rahmawati.
Selain melakukan kegiatan perbendaharaan dan program kerja yang saya pimpin, saya juga terlibat dalam kegiatan lain atau pun program kerja yang dipimpin oleh teman-teman saya yang lain seperti penanggulangan sampah, kerja bakti, pemfoggingan, mengajar les, lomba 17 Agustus, penyumbangan al-qur’an, penyumbangan karpet masjid, pembuatan fasilitas sekolah, dan nonton bareng. 
Di desa Ciseeng terdapat kelompok remaja masjid malang nengah yang sering mengadakan pengajian pada malam rabu yang diberi nama PERMATA, merekalah orang-orang yang sangat berjasa kepada kami. Karena hampir semua program kerja yang kami punya dibantu oleh ketua umum atau pun anggota dari PERMATA. 
Hal ini berbanding terbalik dengan aparat desa Ciseeng, kurangnya koordinasi dan ketidaksiapan mereka dengan kedatangan kami membuat beberapa program kerja kami yang membutuhkan audience di awal minggu menjadi agak tidak efektif. Melihat hal itu pihak PERMATA  pun berinisiatif untuk membantu kami dalam hal mensosialisasikan program kerja kami kepada masyarakat. Masyarakat yang mengetahui kedatangan kami pun menjadi antusias dengan program-program kerja yang akan kami laksanakan di sana. 
Kendala yang kami alami selama KKN lebih sering karena kurangnya koordinasi antara kami dengan aparat desa dalam mensosialisasikan kepada masyarakat mengenai program kerja yang akan kami lakukan di sana. Kendala lainnya adalah sulitnya mengubah pandangan masyarakat terhadap kebiasaan mereka yang membakar sampah, padahal kami sudah melakukan penyuluhan mengenai bahayanya pembakaran tersebut terhadap bumi. Dan kami pun juga melakukan pelatihan kepada ibu-ibu PKK di dusun Malang Nengah mengenai daur ulang sampah, sehingga mereka menjadi tahu bahwa sampah yang mereka bakar sehari-harinya dapat dijadikan suatu benda yang nantinya akan menghasilkan uang untuk mereka sendiri. 
Harapan saya dari kedatangan kami untuk mengabdikan diri di desa Ciseeng paling tidak dapat merubah pandangan mereka yang awalnya cuek terhadap sampah menjadi sedikit lebih peduli demi kebaikan keluarga mereka dan demi bumi yang mereka tinggali. Karena jelas pembakaran sampah akan menambahkan polusi udara setiap harinya dan berakibat pada global warming. Dengan adanya pelatihan-pelatihan yang diberikan oleh KKN kami semoga dapat disalurkan terus-menerus sehingga sedikit banyak dapat membantu mengurangi sampah dan menjadikan sampah tersebut sebagai uang tambahan bagi masyarakat desa disana. Dan juga untuk alat kerja bakti yang kami sumbangkan dapat dipakai untuk program kerja bakti yang telah kami bangkitkan selama masa KKN untuk seterusnya.

Nadia Rahmadia Hardi

KKN merupakan hal yang sudah biasa didengar oleh mahasiswa yang sedang menempuh tahun ketiga perkuliahan, tetapi menjadi hal yang asing pula, karena baru pertama kali melakukannya, KKN adalah hal yang sedikit-banyak membuat khawatir mahasiswa, karena kami ditantang untuk mengabdikan diri selama sebulan lamanya di kawasan yang sebelumnya belum kami tinggali, dengan berbagai macam karakteristik yang harus kami mengerti dan pahami selama satu bulan lamanya, bertemu dengan wajah-wajah baru dan karakteristik setiap orang yang berbeda.
Sudah beberapa kali saya mencari teman KKN yang cocok, dan akhirnya KKN Sepakat 2014 adalah jawabannya, awalnya saya yang dari fakultas FISIP sangat canggung dengan teman-teman lainnya, karena saya sangat jarang datang ke kampus 1 dimana mereka berada, tetapi setelah beberapa kali mengadakan rapat mingguan, saya sudah merasa akrab dengan mereka, dengan berlatarbelakang jurusan dan fakultas yang berbeda, kami mencoba untuk menyatukan visi dan misi kelompok KKN ini.
KKN Sepakat (Serikat Pengabdi Masyarakat) terdiri dari 16 orang anggota, yang terdiri dari 7 orang laki-laki dan 9 orang perempuan serta dari 6 Fakultas yang berbeda yaitu Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Fakultas Syariah dan Hukum, Fakultas Sains dan Teknologi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis serta Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Kelompok KKN Sepakat 2014 beranggotakan Ardiansyah, Faisal Fauzi, Chandra Raenaldi,  Muhammad Wahyu, Aufar Perantauan, Qaira Chaniago, Muhammad Fariz, Ilfi Auliani, Wandayani Nurfadilah, Anissa Rabani, Anissa Khalida, Ati Puspita, Ade Irma, Annisa Iqlima Prativi, Almira Rahmawati, dan saya sendiri.
Tempat KKN yang kami dapatkan adalah Desa Ciseeng, letaknya tidak terlalu jauh dari kampus UIN Jakarta, tetapi medan yang dilalui untuk mencapai desa tersebut cukup berat, yang menjadikan perjalanan kami kesana terasa sangat lama, tetapi dengan inilah kami mulai membangun rasa kebersamaan satu sama lain, Ciseeng bisa dibilang bukan desa yang tertinggal, tapi belum cocok juga untuk disebut desa maju, desa ini masih berkembang dan masih memerlukan beberapa perbaikan, baik di sistem maupun lingkungan.
Setelah beberapa kali melakukan survei, kami mulai membuat program yang akan kami lakukan disana, saat inilah yang menurut saya sangat penting untuk kelanjutan rencana KKN kelompok KKN Sepakat, moment ini juga menjadi hal yang sangat saya ingat, karena di moment ini kami bisa mencurahkan ide-ide yang baik bagi desa Ciseeng, banyak usul dan ide yang diterima dan akhirnya dilaksanakan, tetapi ada pula yang gagal dilaksanakan karena beberapa kendala.
Pada saat kami sampai di desa Ciseeng, hal pertama yang saya lihat adalah tempat dimana kami akan tinggal selama satu bulan kedepan, yang ternyata tidak seburuk yang saya bayangkan, dirumah tersebut kami berisi 3 orang, selama disana banyak hal yang terjadi, sedikit demi sedikit saya mengenali bagaimana karakter masing-masing teman KKN saya, di tempat ini pula saya belajar untuk melakukan hal-hal yang sangat jarang saya lakukan sebelumnya, seperti memasak, pergi kepasar, menjuci baju, mensetrika, dan hal-hal lainnya, tetapi teman-teman perempuan sangat baik dengan membantu dan membimbing saya, sehingga saya sedikit demi sedikit dapat mengerti dan mengaplikasikannya langsung nanti dirumah.
Setelah itu kami mulai melakukan komunikasi dengan berbagai perangkat desa, awalnya kami sangat kebingungan untuk mencari informasi dimana rumah pak RT dan RW setempat, berbekal dengan nomor telepon dan informasi dari warga yang kami tanyakan, akhirnya kami berhasil menemukannya, hal ini membuat saya tersadar, betapa rukun dan baiknya warga desa Ciseeng, karena mereka mau mengantarkan saya ketempat yang dituju dengan tanpa pamrih sedikitpun.
Setelah dua minggu disana, beberapa masyarakat sudah mau menyampaikan keluh kesahnya kepada kami, hal ini membuat saya takjub dengan besarnya rasa kekeluargaan di desa Ciseng, berangkat dari keluh kesah warga, kami membuat program fogging bagi dusun Malangnengah, karena menurut informasi warga, di Dusun ini sudah ada 3 orang dalam sebulan yang terjangkit demam berdarah, warga juga ikut membantu jalannya program foging ini, sebenarnya saya sangat berharap adanya keikutsertaan dari pihak desa dalam program ini, tetapi tidak banyak hal yang dilakukan desa terhadap program kami ini.
Kesan saya selama mengikuti program kerja KKN bersama teman-teman SEPAKAT adalah saya mendapatkan wawasan baru dari masing-masing fakultas yang dinaungi oleh teman-teman kelompok KKN saya, yaitu KKN SEPAKAT 2014, meskipun tidak banyak, tetapi ilmu yang saya dapatkan dari masing-masing teman KKNs sangatlah berguna untuk kehidupan saya dimasa yang akan datang.
Dengan adanya program KKN ini, saya diajarkan untuk mampu bertanggung jawab atas segala yang saya kerjakan, melakukan kerja tim dengan baik, bersosialisasi dengan lingkungan yang baru, serta bagaimana saya bisa mengabdikan diri agar dapat benar-benar berguna bagi lingkungan desa Ciseeng dimana saya melakukan KKN, karena saya tidak akan selalu bekerja sendiri, ada saatnya dimana saya harus bertemu dengan berbagai macam kondisi dan karakteristik individu, dan bekerja bersama mereka.
Saya juga belajar mengenai berbagai macam hal-hal baru yang diajarkan oleh masyarakat di Desa Ciseeng, saya sangat senang telah mendapatkan teman-teman KKN yang baik dan cukup solid, meskipun masih terdapat perbedaan pendapat pada beberapa isu, tetapi di penghujung waktu KKN, kelompok KKN SEPAKAT telah membuktikan keberhasilan program kerja yang membuat saya bangga atas kelompok KKN ini.

Qaira

Kegiatan KKN yang hanya berlangsung satu bulan ini memberikan kesan yang mendalam bagi mahasiswa maupun masyarakat. Tak terkecuali Bapak kepala desa Ciseeng. “Kalian sudah saya anggap seperti anak sendiri,” ujar beliau di saat mahasiswa KKN berkunjung ke rumahnya sebelum kembali ke kampus. Di acara penutupan KKN pun beliau pernah berkata, “Sebenarnya sulit bagi saya melepas kalian. Saya ingin kalian tinggal di sini lebih lama lagi.” Hal senada juga diucapkan oleh para kiai dan tokoh masyarakat di desa tersebut. Mereka menilai mahasiswa KKN oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sangat berbeda dengan mahasiswa KKN kampus lainnya terutama pada proker daur ulang Sampah. Adapun pesan yang ingin saya sampaikan pada seluruh warga desa Ciseeng, besar harapan saya untuk setiap warga desa membangun kembali semangat bergotong-royong menjaga kebersihan lingkungan hidup. Budayakanlah hidup bersih demi mencegah timbulnya penyakit disebabkan pencemaran lingkungan. Banyaknya warga yang terjangkit penyakit DBD mungkin itu salah satunya. Juga khususnya kepada pemuda/i desa untuk ikut turut serta dalam kegiatan desa. Pemuda/i cenderung apriori terhadap kegiatan desa yang diselenggarakan oleh ketua RT dan RW setempat. Kepada tokoh pemuda dihimbau untuk menggerakkan rekan-rekannya agar proses pembangunan desa menjadi lancar dan tertib.
Di desa Ciseeng, masalah utama yang kami hadapi yaitu masalah sampah dan kesehatan masyarakat. Kami telah berupaya menanggulanginya dengan pengadaan tempat sampah, kerja bakti mingguan, pelaksanaan fogging, dan penyuluhan anti narkoba. Namun, semua yang kami lakukan menjadi kurang maksimal karena warga masih kurang peduli dengan kebersihan lingkungannya.Permasalahannya yaitu sulitnya mengubah pandangan masyarakat untuk merubah kebiasaan buruk mereka mengenai sampah rumah tangga agar kehidupan mereka bisa lebih baik lagi.Saya menyadari bahwa sumbangsih yang telah kami upayakan bersama tidak serta merta membawa banyak perubahan bagi desa abdian. Pasalnya, untuk membangun, mendayagunakan seluruh tatanan lingkungan dan potensi masyarakat diperlukan pengabdian yang berkelanjutan. Menjadi tugas peserta KKN angkatan selanjutnya sebagai estafet dalam mengemban tanggung jawab sosialnya dalam masyarakat. Saya sangat bahagia bisa bersilaturahmi dalam ukhuwah islamiyah, berbagi dalam pengetahuan, dan menjadi mitra desa untuk senantiasa memecahkan masalah serius yang dihadapi warga desa. Alahkah bahagia tak terkira di sisa umur saya, saya bisa memberikan manfaat untuk orang banyak.
Dibalik kelemahan tersebut, terdapat kelebihan yang dimiliki oleh warga desa Ciseeng. Jiwa nasionalisme yang tinggi dan saling tolong menolong antar sesama tercermin ketika mempersiapkan acara HUT Kemerdekaan RI, 17 Agustus. Pemuda bersemangat dalam mencari dana tambahan untuk acara. Bapak-bapak dan ibu-ibu mempersiapkan peralatan dan perlengkapan perlombaan. Anak-anak berpartisipasi aktif dalam perlombaan tanpa melakukan kecurangan.
Kami sebagai mahasiswa KKN yang punya rasa kepedulian yang tinggi dalam masalah kebersihan berinisiatif membuat tempat sampah yang nantinya akan di bagi menjadi 2 jenis, yaitu sampah organik dan non organik. Kami membedakan warna tong dengan warna kuning dan biru. Kuning untuk sampah organik dan biru untuk sampah non organik.
Masalah sampah telah menemukan solusinya, kemudian kami mendapat informasi pada waktu acara pembukaan kkn di dusun malang nengah. Bahwa, dusun malang nengah yang menjadi tempat kami mengabdi selama satu bulan, adalah langganan korban demam berdarah. Karena lingkungan yang kotor dan jarang di lakukan kerja bakti bersama oleh karenanya nyamuk aedes aegypti banyak bersarang di rumah-rumah yang kotor dan banyak genangan airnya. Dari kasus tersebut pak Dr.Alfitra, S.H, M.Hum selaku dosen pembimbing kkn kami mengusulkan untuk mengadakan fogging, demi mengurangi angka korban demam berdarah.
Lalu, kami mengadakan semacam les tambahan bagi anak-anak kelas 4-6 sd. Banyak dari mereka yang merasa senang dan terbantu dalam program mengajar ini. Ibu-ibu setempat pun sangat mendukung adanya program ini karena anak mereka bisa mendapatkan ilmu tambahan yang insya Allah bermanfaat. Saya dan para anggota kkn sepakat sangat senang mengajari ilmu yang kita dapat kepada adik-adik disana, walaupun kita mengajar dengan segala keterbatasan ilmu yang ada.
Bahkan sebagian masyarakat seperti anak-anak TPA PAUD yang sering main ke balai desa, baik untuk mengikuti bimbel atau selainnya, menangis di saat mahasiswa hendak pergi kembali ke kampus. Begitu juga Pemuda-Pemuda di dusun Malang Tengah yang aktif menghadiri pengajian di hari Rabu. Mereka berharap desa Ciseeng menjadi tempat yang diprioritaskan menampung mahasiswa KKN dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di kemudian hari.
Semoga kegiatan KKN ke depannya lebih baik lagi dan mampu menuai dakwah di masyarakat Ciseeng khususnya. Amin.

Wandayani Nurfadilah

Pada awalnya saya menduga bahwa kuliah kerja nyata (KKN) diperuntukan untuk mahasiswa dengan jurusan yang berhubungan langsung dengan masyarakat seperti kedokteran, kesmas, psikologi, keguruan, hukum, agribisnis dan sebagainya. Setelah mendapat informasi bahwa FEB angkatan 2011 diputuskan untuk melaksanakan KKN, saya kurang mengapresiasi karena menurut saya tidak tepat rasanya jurusan akuntansi diaplikasikan di desa karena melihat keadaannya yang serba terbatas. Akan tetapi pandangan tersebut berubah seiring intensnya perbincangan di kelas dengan ketua jurusan mengenai kegiatan KKN ini. KKN diperlukan untuk menambah pengalaman mahasiswa dalam menghadapi kompleksnya kehidupan bermasyarakat dari permasalahan terkecil, dari sudut pandang itulah saya mulai mengerti untuk apa KKN tersebut dilaksanakan.    Kami dipersatukan dalam kelompok KKN bernomor urut 42. Kuliah kerja nyata ini adalah pengalaman baru bagi saya dan teman-teman seperjuangan. Setelah melakukan survei dan menganalisis apa yang dibutuhkan di lokasi KKN tersebut, kami merancang program kerja sedemikian rupa untuk memajukan desa tersebut. Dalam beberapa kali survei kami tidak sekalipun bertemu dengan kades Ciseeng. Menurut pegawai setempat beliau sedang ada urusan lain. Ketika pembukaan pun, sekdes yang mewakili beliau.
Tiga puluh dua hari telah kami lalui dengan mengabdikan diri untuk desa Ciseeng khususnya dusun Malang Nengah. Tantangan tersulit bagi kami adalah untuk menyatukan 16 kepala anggota KKN hingga terbentuknya kedekatan emosional yang syukur alhamdulillah telah kami miliki sekarang. Selama menjalani KKN kami terkejut dengan sambutan anak-anak yang begitu hangat, mereka sangat senang dengan kedatangan kami. Berbanding terbalik dengan aparat desa, kurangnya koordinasi dan ketidaksiapan mereka untuk menerima kedatangan mahasiswa KKN sangat kami rasakan ketika itu. Selama kegiatan berlangsung sedikit banyak kami menerima bantuan dari PERMATA, yakni salah satu organisasi remaja masjid di desa tersebut. Kami berterima kasih atas segala kebaikan hati mereka.
    Masyarakat di sana begitu ramah, mereka tak segan memberikan bantuan dan informasi yang kami butuhkan. Pak RW Sabar juga sering membuka forum untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi. Kami bukan hanya berusaha untuk menyatukan visi dan saling mengenal lebih dekat satu dengan yang lainnya akan tetapi kami juga mengemban tugas untuk mengenal karakter masyarakat di sekitar karena hal tersebut sangat penting untuk kelancaran terlaksananya program kerja yang telah kami susun. Kedekatan dengan masyarakat dibangun untuk mengetahui apa masalah yang sebenarnya terjadi di lingkungan mereka agar kami bisa turut membantu memajukan desa melalui KKN. Akan tetapi masih banyak kelemahan yang ada di desa tersebut sehingga waktu selama 32 hari tersebut dirasa belum cukup untuk kami mengabdikan diri.
    Di sisi lain dosen pembimbing selalu berusaha meluangkan waktu untuk mengontrol dan membantu menyelesaikan masalah yang kami hadapi di lapangan. Beliau adalah tipe orang yang terbuka dan mau mendengarkan. Selama beberapa kali bimbingan beliau mengarahkan kami untuk terus melaksanakan program dengan cara terbaik. Dari internal kelompok, evaluasi selalu kami lakukan setelah terlaksananya program kerja, hal ini membuat kinerja kami di program selanjutnya membaik. Terlihat dari pembagian kerja yang adil dan sesuai kompetensi membuat tugas kami terasa lebih ringan juga menyenangkan.
     Dalam menyajikan laporan pertanggung jawaban kami merasa kurang nyaman dengan termin yang diberikan, mengingat kami berasal dari 6 fakultas yang berbeda sehingga dalam menyusunnya butuh waktu ekstra juga karena berbagai kendala. Sosialisasi mengenai perbedaan bentuk laporan pun tidak merata sehingga terjadilah asimetri informasi antara kelompok KKN yang satu dengan yang lainnya.
     Sebagian besar kelemahan pada KKN kali ini adalah masalah koordinasi di antara pihak yang bersangkutan bahkan sejak sebelum KKN ini berlangsung. Adapun tantangan utama bagi KKN selanjutnya adalah bagaimana cara untuk membangun komunikasi yang baik antara aparat desa dan masyarakatnya serta mengubah pandangan masyarakat untuk merubah kebiasaan buruk mereka mengenai sampah rumah tangga agar kehidupan mereka bisa lebih baik lagi..




Rabu, 24 September 2014

Kesan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Ciseeng (Part 1)





 

Annisa 'Iqlima Prativi 


Kuliah kerja nyata atau KKN merupakan suatu kegiatan pengabdian mahasiswa terhadap satu desa yang dianggap perlu ditingkatkan kualitas sumber daya manusia, sumber daya alam dan fasilitas publiknya. Kegiatan KKN ini berlangsung selama 1 bulan. KKN pula menjadi salah satu syarat penting untuk mahasiswa tingkat akhir sebagai syarat membuat skripsi.
Kesan setelah berlangsungnya KKN selama 1 bulan, membuat saya pribadi menjadi lebih terbuka terhadap satu sama lain. Rasa kepedulian yang tinggi pun tercipta dengan sendirinya. KKN selama 1 bulan mengajarkan banyak hal yang tidak bisa di dapat dikehidupan yang saya jalani sebelumnya. Mulai dari kebersamaan yang dibangun oleh setiap anggota KKN membuat rasa kekeluargaan semakin erat walaupun masalah dari pihak intern banyak terjadi tetapi tetap membuat kelompok kami semakin solid dan saling mengerti satu sama lain.
Di dalam masa KKN selama 1 bulan banyak hikmah pula yang dapat di ambil. Seperti kita harus selalu bersyukur dengan keadaan yang telah kita dapat karena, di tempat kami KKN masih banyak warga yang hidupnya dibawah garis kemiskinan. Mungkin karena faktor pendidikan yang tidak tinggi, sehingga pekerjaan dan gaji yang di dapat pun sangat minim  untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sempat terjadi obrolan kecil dengan masyarakat di susun malang nengah menyoal latar belakang keluarganya masing-masing, kami cukup prihatin karena kebanyakan  dari mereka berprofesi sebagai kuli. Entah itu kuli bangunan, kuli pabrik dan pembantu rumah tangga.
Namun ada pula yang berprofesi sebagai pedagang dan profesi lainnya, tetapi tetap saja profesi yang digeluti itu gajinya sangat minim jika untuk mencukupi 7 sampai 10 anggota keluarga. Banyak pula dari anak-anak yang masih belum bisa baca dan tulis. Agak miris memang kedengarannya. Bagaimana tidak seharusnya pendidikan adalah tombak awal untuk mencapai kesuksesan. Kaum ibu di dusun malang nengah masih tidak peduli dengan pendidikan anak-anaknya, mereka hanya berpikir anaknya hanya sekolah sampai tingkat sekolah dasar saja sudah cukup, tetapi untuk masa ini pendidikan hanya sampai sekolah dasar tidak cukup untuk bersaing dan mendapat pekerjaan yang layak.
Lalu, kami mengadakan semacam les tambahan bagi anak-anak kelas 4-6 sd. Banyak dari mereka yang merasa senang dan terbantu dalam program mengajar ini. Ibu-ibu setempat pun sangat mendukung adanya program ini karena anak mereka bisa mendapatkan ilmu tambahan yang insya Allah bermanfaat. Saya dan para anggota KKN sepakat sangat senang mengajari ilmu yang kita dapat kepada adik-adik disana, walaupun kita mengajar dengan segala keterbatasan ilmu yang ada.
 Kesan pertama yang kami dapat terkait tempat tinggal dan lingkungan hidup yang ada di dusun Malang nengah desa Ciseeng adalah sampah yang menumpuk di setiap sudut rumah. Tidak adanya lahan untuk tempat pembuangan sampah akhir pun menjadi masalah yang di hadapi warga dusun malang nengah. Sampah yang notabene merupakan sumber penyakit setiap harinya menumpuk dan menjadi pemandangan yang biasa di sekitar dusun malang nengah. Kepedulian warga terhadap kebersihan terlebih soal sampah sangat minim, mereka hanya tau memakai dan menggunakan bekas bungkus makanan dan lalu membuangnya ke sembarang tempat. Dari pihak aparat desa pun sudah menghimbau menyoal sampah yang dibuang sembarang dan sempat menyediakan lahan untuk membakar sampah.
 Kami sebagai mahasiswa KKN yang punya rasa kepedulian yang tinggi dalam masalah kebersihan berinisiatif membuat tempat sampah yang nantinya akan di bagi menjadi 2 jenis, yaitu sampah organik dan non organik. Kami membedakan warna tong dengan warna kuning dan biru. Kuning untuk sampah organik dan biru untuk sampah non organik.
Dalam penananman tempat sampah memakan waktu selama 2 hari. Hari pertama di awali dengan kerja bakti di pagi hari, tetapi warga yang datang amatlah sedikit dan pak lurah membantu untuk kegiatan kerja bakti ini, padahal sebelumnya kami telah mensosialisasikan masalah kerja bakti dan penanaman  tempat sampah organik dan non organik. Kerja bakti dimulai dengan membersihkan lapangan yang menjadi lahan tempat pembuangan sampah terakhir oleh warga. Cukup lama waktu yang dibutuhkan oleh kami untuk membersihkan lapangan.
Penanaman tempat sampah dibantu oleh aparat desa meliputi rt dan rw. Esok harinya penanaman tempat sampah di kerjakan oleh mahasiswa laki-laki dan selesai pada waktu sore hari. Kita menganjurkan warga untuk membuang sampah di tempat yang telah kami sediakan. Warga sangat senang dengan diadakannya tempat sampah organik dan non arganik ini karena dapat membuang sampah dengan jenis yang berbeda.
Masalah sampah telah menemukan solusinya, kemudian kami mendapat informasi pada waktu acara pembukaan KKN di dusun malang nengah. Bahwa, dusun malang nengah yang menjadi tempat kami mengabdi selama satu bulan, adalah langganan korban demam berdarah. Karena lingkungan yang kotor dan jarang di lakukan kerja bakti bersama oleh karenanya nyamuk aedes aegypti banyak bersarang di rumah-rumah yang kotor dan banyak genangan airnya. Dari kasus tersebut pak Dr.Alfitra, S.H, M.Hum selaku dosen pembimbing KKN kami mengusulkan untuk mengadakan fogging, demi mengurangi angka korban demam berdarah.
Setelah melakukan diskusi dan rapat kecil dengan seluruh anggota KKN akhirnya kami memutuskan untuk melakukan kegiatan fogging serta penyuluhan atau sosialisasi bahaya demam berdarah dengan mengundang narasumber dari puskemas sebagai pembicara. Penyuluhan dilakukan sekaligus dengan kegiatan abatisasi(pembagian bubuk obat abate pencegah jentik nyamuk).
Proses kegiatan fogging dibantu pula oleh aparat desa meliputi rt rw dalam pelaksanaannya. Kepala desa sendiri kurang ikut andil dalam kegiatan yang kami buat. Mungkin terkendala kesibukan beliau sebagi kepala desa ciseeng, dan kami pun memakluminya.
KKN merupakan ajang melatih diri untuk mandiri dan berbaur dengan lingkungan yang kita abdikan. Banyak pelajaran berharga yang tidak bisa dibayar dengan materi. Pengalaman KKN ini akan selalu menjadi kenangan tersendiri untuk saya ceritakan kepada anak cucu nanti. Semoga apa yang telah kelompok KKN kami lakukan selama 1 bulan mengabdi di dusun malang nengah desa ciseeng menjadi barokah dan mendapatkan bermanfaat bagi warga desa.

Pesan :
·      Selalu lakukan kerjabakti setidaknya seminggu sekali guna mendapatkan lingkungan yang bersih dan sehat agar terhindar dari segala macam penyakit khususnya demam berdarah
·      Aktifkan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk(psn) dalam rangka peduli lingkungan
·      Tingkat rasa kepedulian pada lingkungan
·      Tingkatkan rasa asas gotong royong


Chandra Raenaldi 

Mengabdi selama satu bulan di desa Ciseeng nampaknya memberikan pengalaman berharga tersendiri bagi saya.  Saat pertama menginjakkan kaki di desa ini, hal pertama yang terlintas dalam benak saya adalah “Apa yang akan saya lakukan, saya alami, dan saya bagi bersama masyarakat di desa ini?”. Ya, pertanyaan biasa yang sering muncul dalam benak seseorang yang memasuki dunia baru.
Awalnya, sebelum kuliah kerja nyata dimulai, saya sebagai mahasiswa jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis merasa kurang nyaman untuk mengabdikan ilmu yang saya dapat di bangku kuliah untuk di terapkan di desa. Banyak anggapan dari saya maupun teman-teman satu jurusan bahwa kuliah kerja nyata ini tidak memberikan kontribusi yang besar bagi kami di masa yang akan datang. Memang tidak secara langsung memberikan dampak, tetapi ternyata kegiatan kuliah kerja nyata ini mengajarkan sesuatu yang tidak diajarkan selama saya duduk di bangku kuliah, bekerja sama dan bekerja dengan ikhlas.
Saya mempunyai 16 teman yang hidup bersama saya selama satu bulan di desa antah berantah yang baru saya kenal, Ciseeng. Mereka adalah teman, keluarga, orang teraniaya, teman bully-an, hingga tempat meminta makanan. Mereka yang mengisi hari-hari saya, setidaknya membuat hari saya tidak terasa kosong dengan ketiadaan keluarga, teman dekat, dan teman seperjuangan di kampus.
Melakukan kuliah kerja nyata di desa Ciseeng ini memberikan banyak kesan yang menyenangkan. Tidak hanya rasa kebersamaan antar anggota dan serunya beradaptasi dengan lingkungan yang baru, tetapi berinteraksi dengan masyarakat sebagai mahasiswa yang melakukan pengabdian merupakan suatu kenangan tersendiri.  Suatu pengalaman yang luar biasa bagi saya, takkan terbalas dengan apapun, proses kedewasaan diri, membuka mata dan hati, serta tali kekeluargaan akan terus terpatri menjadi bekal diri menjadi insan yang jauh lebih baik.
Banyak pelajaran yang saya dapat dari pengabdian ini. Syukur Alhamdulillah bisa bertemu orang-orang baru dengan berbagai karakter yang berbeda dan teman-teman KKN yang saling mendukung satu sama lain. Dengan adanya KKN ini saya juga belajar makna toleransi, saling menghargai, hingga bersungguh-sungguh dalam menjalani tanggungjawab yang diberikan. Satu hal yang menjadi perhatian saya ketika menjalani pengabdian di desa ini, yaitu dibutuhkannya keikhlasan dalam melakukan sesuatu, misalnya mengajar anak-anak dan kerja bakti di hari minggu, kedua hal yang tidak pernah saya lakukan di desa sendiri.
Halangan dan masalah yang terjadi selama satu bulan tidak membuat kelompok kami menjadi terpecah. Kebersamaan antar anggota yang solid membuat semua masalah yang terjadi mampu diselesaikan secara kekeluargaan. Ya, banyak kejadian lucu dan seru selama satu bulan kami menjalankan KKN yang membuat rasa kekeluargaan kami semakin erat. Saling bully satu sama lain, makan bersama sambil bergosip, hingga meledek ketua kelompok kami yang berhasil menggaet gadis desa telah menjadi rutinitas kami sehari hari. Lucu memang, hanya dalam waktu beberapa minggu ketua kelompok kami menemukan cintanya di desa ini, seorang gadis desa anak ketua RT setempat.
Tiga puluh dua hari pengabdian yang kami lakukan, semoga mendatangkan suatu manfaat bagi masyarakat desa Ciseeng, sekecil apapun itu. Walaupun kontribusi yang kami berikan saya anggap kurang cukup dengan keterbatasan waktu yang ada, saya harap semua pelayanan dan pemberdayaan yang kami berikan berdampak positif bagi kehidupan warga desa Ciseeng.
Finally, Kuliah Kerja Nyata (KKN) ini memberikan kesempatan bagi kami, mahasiswa yang skripsi saja belum mengerjakan (apalagi sarjana), untuk merefleksikan kehidupan. Bahwa pada akhirnya, ilmu pengetahuan haruslah bermuara pada perbaikan kondisi masyarakat. Tanpa hal itu, kami hanya akan menjadi menara gading di tengah masyarakat. Menjulang tinggi (dengan ilmu pengetahuan), namun tak berarti (untuk sekitar). Syukur Alhamdulillah kepada Allah atas kesempatan pengabdian yang menyenangkan ini. Wassalam.


 Almira Rahmawati 


Kuliah Kerja Nyata (KKN) adalah bentuk kegiatan pengabdian kepada masyarakat oleh mahasiswa dengan pendekatan lintas keilmuan dan sektoral pada waktu dan daerah tertentu. Pelaksanaan kegiatan KKN biasanya berlangsung antara satu sampai dua bulan dan bertempat di daerah setingkat desa.
Dalam penerapan KKN selama kurun waktu sebulan, kami ditempatkan di desa Ciseeng, kota Bogor. Kecamatan Ciseeng dahulu merupakan sebuah Kemantren Putat Nutug Tahun 1986, dan secara definitif ditetapkan menjadi Kecamatan Ciseeng pada tahun 2001 setelah mendapat masukan dari para tokoh masyarakat. Pemilihan nama Ciseeng sebagai nama kecamatan karena menurut para tokoh masyarakat, bahwa nama Ciseeng lebih dikenal masyarakat luas dibandingkan dengan Putat Nutug. Pada saat itu telah ada pula rute transportasi angkutan umum dengan rute Ciseeng-Lebak Bulus, sehingga para tokoh bersepakat untuk menggunakan nama Ciseeng sebagai nama Kecamatan.
KKN yang diselenggarakan oleh LPM Kampus UIN Syarif Hidayatullah merupakan ajang bagi mahasiswa untuk hidup berbaur dan berbagi ilmu pengetahuan di masyarakat, selain itu di dalam KKN yang beranggotakan sekitar 15 orang kami bisa mengetahui sifat dan karakter teman-teman yang lain. Kesan pertama saya selama tinggal di desa Ciseeng, tidak banyak yang istimewa, antusias warga yang kurang dan tergolong individualis menjadi hambatan kami untuk bisa berbaur dengan mereka, tetapi semakin lama kami tinggal di desa tersebut, warga desa semakin mengerti arti kedatangan kami adalah misi dari lembaga permasyarakatan untuk mejalankan tugas sosial sebagai seorang mahasiswa.
Saya beranggapan ini bagian dari proses penyesuaian antara waktu, jarak, dan energi yang akan dilalu selama 30 hari kedepannya. Dalam Prosesnya menurut saya harus ada beberapa aspek penting yang di perhatikan dalam menjalankan kegiatan KKN ini yaitu, Pertama, sebagai wahana pembelajaran bagi para mahasiswa (peserta KKN) untuk mengaplikasikan berbagai teori yang diperolehnya selama dalam perkuliahan, sesuai dengan disiplin ilmunya masing-masing.Kedua, KKN dapat memberikan nilai tambah dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat. Ketiga, KKN merupakan media untuk membangun kemitraan antara lembaga perguruan tinggi yang bersangkutan dengan masyarakat, termasuk di dalamnya sebagai upaya untuk membangun citra sekaligus dapat dijadikan sebagai ajang promosi perguruan tinggi yang bersangkutan. Ada beberapa hal yang kami lakukan agar KKN kami berlangsung secara sukses, yaitu :
1.          Pendekatan Sosial
Upaya kami untuk dapat mengintegrasikan diri (meleburkan diri) ke dalam berbagai kegiatan masyarakat agar dapat diterima dan berperan-serta dalam berbagai kegiatan masyarakat di tempat KKN.
2.         Interaksi Sosial Dalam KKN
Dalam berinteraksi dengan masyarakat, kami seyogyanya dapat membaca dan memahami sikap masyarakat terhadap kegiatan KKN. Di dalam masyarakat sangat mungkin ditemukan sikap terhadap kegiatan KKN yang beragam (termasuk sikap terhadap peserta KKN), ada yang cenderung positif, acuh tak acuh atau bahkan negatif.
Selanjutnya, Pesan saya untuk warga desa Ciseeng yaitu untuk memperhatikan lingkungan sekitar terutama masalah SAMPAH yang dari dulu permasalahan ini sulit di atasi. Saran saya, jika ingin hidup keluarga sehat, maka mulailah dari gaya hidup yang sehat, dan jangan   terlalu terpaku oleh pemerintahan setempat. Mulailah inisiatif untuk menjaga dan melakukan pola hidup yang sehat. Satu lagi saran saya untuk pemerintahan desa setempat, untuk memperhatikan permasalahan rakyat. Saya rasa banyak sekali keluhan warga yang belum sempat terapresiasi oleh pemerintahan disana, program-program yang saya lihat didesa pun lebih banyakanya diselenggarakan secara non-pemerintahan (tidak ada ikut canpur tangan pemerintah) kecuali aparat desa setempat seperti RT / RW. Program-program kecil tersebut seperti fogging, lomba 17-agustus, dll. Saya rasa walaupun hanya hal kecil , tapi setidaknya hal kecil tersebut dapat bermanfaat bagi warga jika pemerintah (kepala desa dll) ikut turut serta di dalamnya.  
  Terdapat banyak sekali hikmah yang dapat di ambil selama pelaksanaan KKN. bagaimana berbagi kepada masyarakat kecil, menghargai, bersosialisasi langsung mengenai masalah masyarakat setempat, dan mendapatkan teman baru. Sebagai orang yang baru pertama kali merasakan tinggal di desa tanpa orang tua , hal ini akan saya jadikan pengalaman hidup yang tidak akan pernah saya lupakan, tentang bagaimana merasakan susah dan senangnya berada di desa Ciseeng. Saya juga berharap bahwa apa yang telah kami sumbangsihkan kepada desa setidaknya kelak akan bermanfaat dan dapat menjadi nilai acuan bagi kelompok KKN dari universitas manapun khususnya bagi universitas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


 
Ati Puspita 


Syukur alhamdulillah dengan diadakannya Kuliah Kerja Nyata (KKN) oleh Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta jelang akhir tahun 2014 ini membuat saya semakin merasakan bahwa mengabdi dan menjadikan diri sebagai seorang manusia yang bermanfaat untuk sesame, tidaklah semudah dengan bagaimana kami selaku mahasiswa belajar teori di kelas sehari-hari. Pada  praktiknya di lapangan sungguh memang tidak sedikit hambatan yang kami khususnya saya pribadi lalui dan rasakan terkait banyak hal, baik dalam hal intern kelompok maupun ekstern kelompok. 
Dalam intern kelompok banyak sekali perbedaan yang nampak nyata baik dari hal karakter, sifat, sikap permasing-masing individunya. Pada awalnya memang saya ‘kaget’ karena banyak juga kebiasaan dari teman-teman yang lain yang berbeda dengan keseharian saya, hal ini menuntut saya untuk menemukan jalan keluar untuk permasalahan itu, karena saya pikir baru saja awal KKN masih jauh waktunya sampai sebulan untuk bersama teman-teman saya yang dimaksud itu.
Merubah sikap seseorang untuk menjadi seperti apa yang kita kehendaki, saya kira memang tidak mungkin hanya dalam waktu satu bulan bersama, disini saya mencoba untuk menghadapi dia dengan karakternya yang tanda kutip dengan sebuah pengertian dan menyampaikan teguran perlahan, karena saya pikir mungkin saja saya tidak lebih baik dari dia yang seperti itu. 
Saya selalu mencoba introspeksi diri sendiri, untuk tidak selalu menyalahkan dia. Walau pada faktanya ternyata yang merasakan hal ini tidak hanya saya seorang tapi hampir semua anggota kelompok pun juga rasakan. Tapi itulah manusia, berbeda-beda, unik. Buntunya, pikiran kita pasti mengatakan “semua ada hikmahnya”, dan saya pun sangat yakin pasti ada sesuatu yang Tuhan sisipkan pesan untuk saya dengan cara mengenalkan saya dengannya, setidaknya itulah yang akan saya ambil pembelajarannya untuk orang-orang yang saya sayangi, agar tidak seperti itu. 
Saya ucapkan terima kasih karena dengan mengenal dia juga jadi menambah pengalaman saya dalam bergaul dan menghadapi tipikal manusia, karena dia juga saya bisa menambah kesan di kelompok ini. “Kamu  dan kekamuanmu itu banyak memberi arti, dan teruslah menjadi lebih pribadi yang lebih baik di masa-masa berikutnya.” Aamiin. 
Sementara apa yang terjadi di ekstern kelompok saya, tidak kalah membuat saya gemercik resah, karena kelompok saya mayoritas merasakan ketar-ketir perjuangan untuk melaksanakan per-program-kerjanya. Tapi saya sadar apa yang dipikirkan dan ingin dituangkan dalam kelompok masih banyak yang perlu diperbaiki, karena dalam hal ini kami bekerja sama, bukan kerja individu. 
Teman saya juga macam-macam, ada yang harus digertak dulu baru kerja. Ada yang sudah inisiatif sendiri untuk mengerjakan, ada yang kerja sendiri tanpa konfirmasi, ada yang selalu semangat ikut perproker yang dijalankan, dan macam-macam lainnya. Karena itulah sedikit banyaknya selama satu bulan itu saya lebih tau mendalam bagaimana dan siapa yang saya hadapi dalam kelompok. Di kemudian hari mudah-mudahan harap saya. Kami selalu kompak dan bisa memperbaiki satu sama lainnya, dengan penuh semangat kekeluargaan. 
Ya begitulah, dengan berbagai hal yang terjadi di kelompok KKN saya, tentunya hal ini menambah berharga dan menambah kesan untuk saya sendiri. KKN banyak mengajarkan pendewasaan diri, penyikapan permasalahan secara bijaksana dan  juga belajar untuk membangun birokrasi yang santun dan melebur pada masyarakat desa dengan segala adat budaya 'kearifan lokalnya' yang patut dihargai tinggi. 
Terlebih saya pribadi sangat bersyukur untuk masyarakat desa di seluruh lini yang telah membuka tangan selebar-lebarnya akan kehadiran kami ini, yang sebenarnya tidak membantu banyak untuk kesejahteraan warga di sana. 
Dengan penuh kerendahan hati, saya dan teman-teman hanya melaksanakan tugas yang diamanahi untuk berbakti dan mengamalkan ilmu, kemudian mencoba menyampaikannya kepada warga dengan seluruh potensi yang kami miliki, sebagaimana adanya. 
Akhir dari uraian kata-kata tak bermakna ini, Alhamdulillah, Alhamdulillah, alhamdulillah, KKN ini telah memberi saya pembelajaran tentang mental dan praktik akademik yang lebih mendalam. Semoga UIN Jakarta di kemudian hari dapat terus mengembangkan program ini dengan baik dan bermanfaat. 
Wassalamu’alaikum wr. wb. 

 
Ilfi Auliani


Hal pertama yang saya ingin sampaikan ketika pelaksanaan KKN ini telah saya jalani yaitu ucapan syukur karena seluruh program kerja telah terlaksana dengan cukup baik. Tidak hanya bermodalkan pengetahuan akademik yang saya dapatkan di kampus yang diterapkan disini, namun juga pengetahuan-pengetahuan hidup kita sehari-hari. Disini saya terjun langsung di sebuah lingkungan baru dan berhadapan dengan orang-orang yang baru pula.
Pelaksanaan KKN ini sangat berkesan menurut saya pribadi, membuat saya belajar banyak hal. Saya mendapatkan pelajaran tentang kebersamaan, kekeluargaan, kekompakan dan solidaritas. Saya juga belajar untuk bersosialisasi, bagaimana bekerja dalam tim, belajar bertanggung jawab dalam suatu hal, belajar masak, belajar untuk menjadi lebih dewasa dan masih banyak hal lainnya yang saya pelayari. Saya juga mendapakan pengalaman baru yang sangat berharga dan teman-teman baru yang mengasyikkan.
Pada awalnya kegiatan KKN ini menjadi momok yang menakutkan bagi saya untuk saya jalani, rasa malas pun menyelimuti, tidak terbayang rasanya berada 1 bulan di daerah baru yang sebelumnya tidak pernah saya datangi, hidup dengan orang-orang baru, jauh dari orang tua, dan jauh dari kegiatan sehari-hari layaknya berada di rumah sendiri. Selain itu karena saya rasa, jurusan saya yaitu, akuntansi, tidak cocok untuk melakukan KKN, dan keinginan saya yang lebih ingin melakukan magang daripada KKN, menambah rasa malas ini. Namun, karena KKN ini merupakan satu-satunya pilihan sebagai mata kuliah di semester akhir ini, maka mau tidak mau saya mengambilnya. Namun, semakin hari rasa malas itu sedikit demi sedikit sirna, saya justru berfikir untuk semangat menjalaninya agar KKN ini tidak terasa seperti apa yang sebelumnya saya takuti.
Di kelompok KKN saya, saya bertugas menjadi sekretaris, pelajaran pertama yang saya dapat, yaitu mencoba untuk bertanggung jawab atas tugas yang telah dipercayakan pada saya, selain bertanggung jawab menjadi sekretaris, saya juga bertanggung jawab untuk program kerja “Penyuluhan Kesehatan Gigi”. Sebenarnya masih banyak tanggung jawab lainnya yang saya emban disini, namun kedua tanggung jawab menjadi sekretaris dan menjadi penanggung jawab program kerja “Penyuluhan Kesehatan Gigi” adalah dua tanggung jawab yang paling besar menurut saya.  
Mengetahui bahwa selama sebulan ini saya akan menjalani hidup sehari-hari saya ditempat baru, maka dibutuhkan adaptasi yang baik, karena saya juga hidup dengan teman-teman baru berjumlah 16 orang yang berbeda sifat dan perilakunya, yang dipastikan sulit untuk menyatukannya, dimana setiap orang memiliki egonya masing-masing. Disini pelajaran lainnya yang saya dapatkan yaitu kekompakan, kebersamaan, solidaritas dan kekeluargaan. Dimana semuanya berusaha untuk mengerti satu sama lain, mencoba untuk menahan ego masing-masing demi kepentingan bersama dan kelompok, serta membangun kekompakan dan solidaritas demi program-program kerja yang sukses dan berhasil. Untuk mengerti satu sama lain, disini saya belajar untuk memahami karakteristik masing-masing teman-teman saya. Ada banyak sekali karakteristik yang dimiliki, dimana masing-masing orang sangat berbeda karakteristiknya.
Dalam menjalankan setiap program kerja pun, salah satu yang harus kita lakukan adalah melakukan koordinasi dan sosialisasi. Dua hal ini merupakan hal penting dan utama dalam menjalankan program kerja yang ada. Koordinasi dengan pihak-pihak terkait seperti Kepala Desa, Ketua RW, Ketua RW, dan tokoh masyarakat yang ada di desa lainnya, dapat membantu dan mempermudah jalannya program kerja kita. Selain itu bersosialisasi dengan warga desa juga sangat diperlukan, untuk mendukung kelancaran program kerja kita agar sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya memenuhi target. Pelajaran lainnya pun saya dapatkan, yaitu pelajaran untuk berkoordinasi dan bersosialisasi dengan baik kepada setiap orang.
Senang rasanya dapat memberikan pelayanan dan pengabdian pada warga desa Ciseeng, tempat saya melakukan KKN. Warga-warga nya yang ramah dan baik, anak-anak yang masih penuh dengan semangat dan keceriaan, tokoh masyarakat dan pemerintah setempat yang banyak membantu, membuat saya cukup sedih untuk meninggalkan desa ini pada saat hari terakhir saya disini. Perasaan yang sangat berkebalikan dibandingkan perasaan awal saya tiba disini. Cukup banyak kenangan yang akan selalu berada di ingatan saya yang tidak akan saya lupakan.
Walaupun pelayanan dan pengabdian ini belum seberapa untuk mereka. Namun saya tetap berharap semoga apa yang telah saya dan kelompok saya lakukan di desa Ciseeng ini dapat memberikan manfaat yang banyak bagi warga desa, dan segala pemberian baik berupa layanan ataupun sarana yang saya dan kelompok saya berikan dapat dimanfaatkan, digunakan dan dipelihara dengan sebaik mungkin oleh warga desa. Selain itu untuk tim kelompok KKN selanjutnya yang akan melakukan KKN di desa Ciseeng ini, semoga dapat melanjutkan dan mengembangkan apa yang telah kami berikan untuk desa Ciseeng. Sekian dan Terimakasih.